Michelle Annissa

Oleh Dahlan Iskan

Michelle Annissa
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Di samping soal jembatan viaduk masih ada tiga isu lagi yang membedakan dua cawali ini.
Annissa lebih moderat. Wu lebih 'sosialis'.

Wu ikut ideologi mentornyi: Elizabeth Warren. Misal: dalam hal mahalnya harga rumah di Boston.

Annissa pilih mendorong pembangunan lebih banyak rumah dengan harga terjangkau. Wu pilih mengeluarkan aturan batas atas sewa rumah.

Dalam hal T, Annissa pilih meningkatkan pelayanan. Wu punya ide gila: gratiskan.

T adalah nama sebutan untuk kereta bawah tanah di Boston. Yang suka naik T umumnya kelas bawah. Murah. Kulit hitam atau berwarna.

Tingginya peradaban di Boston bisa dilihat dari keberadaan T di sana. Boston sudah punya T sejak tahun 1890-an.

Isu lain: soal komite sekolah. Annissa pilih tetap saja ditunjuk oleh wali kota. Wu mengusulkan sebagian besar harus dipilih.

Sebagian kecil saja yang ditunjuk. Itu hanya untuk menjamin keragaman. Agar yang terpilih tidak hanya yang disukai atau hanya dari ras tertentu. Padahal yang disukai belum tentu yang berkualitas.

Kota Boston –dengan penduduk 600.000 orang– punya anggaran sekitar Rp 60 triliun, tetapi utangnya hampir Rp 25 triliun.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News