Michelle Obama Kunjungi Afrika Selatan
Kamis, 23 Juni 2011 – 04:28 WIB
JOHANNESBURG – Ibu Negara Amerika Serikat (AS) Michelle Obama melakukan lawatan solo pertamanya ke Afrika Selatan (Afsel). Selasa lalu (1/6), dia tiba di Pangkalan Udara Waterkloof di Kota Pretoria bersama dua putrinya, Sasha dan Malia, serta sang ibu Marian Robinson. Tokoh 92 tahun itu juga membubuhkan tanda-tangannya pada buku yang sengaja dia berikan untuk Michelle. Tanpa beranjak dari sofa, Mandela juga menunjukkan sejumlah surat, foto dan kalender yang menemaninya di penjara Pulau Robben selama 27 tahun. ”Wow,” komentar Michelle saat Mandela memperlihatkan ”harta”nya itu. Selama pertemuan, istri Mandela, Graca Machel, terus mendampingi sang suami.
Mewakili Presiden Jacob Zuma yang konon sedang tidak berada di dalam negeri, beberapa pejabat Afsel menyambut kedatangan perempuan 47 tahun itu di bandara. Setelah beramah-tamah sebentar, Michelle melanjutkan perjalanan ke pusat kota, tepatnya istana kepresidenan, untuk menemui Ibu Negara Nompumelelo Ntuli-Zuma. Selanjutnya, perjalanan berlanjut ke Kota Johannesburg.
Baca Juga:
Bersama dua putri dan ibunya, Michelle mengunjungi Nelson Mandela Foundation dan Apartheid Museum. Di luar dugaan, Nelson Mandela berkenan menemui istri Presiden Barack Obama beserta rombongan. Dalam pertemuan mendadak selama sekitar 20 menit itu, keduanya lebih banyak membahas buku terbaru sang ikon apartheid, ”Nelson Mandela By Himself: The Authorised Quotations Book.”
Baca Juga:
JOHANNESBURG – Ibu Negara Amerika Serikat (AS) Michelle Obama melakukan lawatan solo pertamanya ke Afrika Selatan (Afsel). Selasa lalu (1/6),
BERITA TERKAIT
- Beda dengan Prabowo, Trump Tunjuk Utusan Khusus Presiden untuk Atasi Krisis Ukraina
- Wapres Sara Duterte Digugat Pidana oleh Kepolisian Filipina
- Rawhi Fattuh Jadi Calon Kuat Presiden Palestina, Siapakah Dia?
- Mahmoud Abbas Keluarkan Dekrit Demi Penggantinya di Jabatan Presiden Palestina
- BPK Dorong Tata Kelola Pendanaan Iklim yang Transparan dan Efektif
- Hubungan Presiden dan Wapres Filipina Retak, Beredar Isu Ancaman Pembunuhan