Migrants Day 2024, Menakar Urgensi Pendidikan Tinggi bagi Pekerja Migran Indonesia
Oleh Dr. Pardamean Daulay, S.Sos.,M.Si*
Contoh lain ialah Hendri Setyawan yang pernah terdaftar sebagai PMI di Korsel. Dia merupakan mahasiswa UT Program Studi Ilmu Komunikasi.
Dengan gelar itu,, Hendri akhirnya menjadi pegawai negeri sipil (PNS) di Dinas Informasi dan Komunikasi Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur.
Demikian pula dengan Saiful Anshori sebagai alumnus Program Studi Manajemen UT Korsel. Dia memperoleh Visa E7 atau dikategorikan sebagai Profesional Worker di Korsel sehingga membuatnya bebas bekerja berapa lama pun di Negeri Gingsen itu dan memperoleh gaji yang setara dengan pekerja maupun warga negara setempat.
Begitu juga dengan Adi Latif Mashudi, seorang pekerja migran yang menjadi alumnus UT Korsel yang lulus pada 2022. Berkat gelar sarjana manajemen dari UT, Adi sukses menjadi petani melon dan berhasil membuka agrowisata di kampungnya. Sebagai lulusan UT, Adi telah membuktikan ilmunya memberi banyak manfaat bagi desanya.
Lain lagi ceritanya dengan Heri Heriyadi yang setelah lulus SMA memberanikan diri menjadi pekerja migran yang bekerja sebagai pelayan di salah satu restoran di Qatar. Sambil bekerja, Herry masuk menjadi mahasiswa Program Studi Komunikasi UT pada 2015.
Lima tahun kemudian atau 2020, Heiyadi lulus dan meraih gelar sarjana. Setelah lulus, dia diangkat menjadi CS Duty Supervisor Qatar Airways.
Sama halnya dengan yang diraih Faried Hidayat, pkerja migran yang awal berangkat ke Jepang untuk magang. Sambil bekerja, dia mencoba mengikuti kuliah di UT dengan memilih program studi akuntansi.
Pada awal Faried menjalani perkuliahan, perusahaan Jepang tempatnya bekerja sempat memberikan teguran. Namun, berkat pendekatan dan komunikasi yang baik dengan pihak perusahaan, Faried mampu meyakinkan perusahan yang mempekrjakannya bahwa sistem kuliah yang diikutinya secara online dan tidak menganggu tugasnya sebagai pekerja.
Akhirnya pihak perusahaan malah mengizinkan dan mendukung menjalani seluruh proses kuliah. Setelah lulus dan meraih gelar sarjana akuntansi, Faried mendapat promosi menjadi pegawai tetap dan sampai saat ini diberi tugas sebagai akuntan di perusahaan tersebut.
Ibarat fenomena gunung es, Pak Suma, Bung Hendri, Bung Saiful, Bung Adi Latif, Bung Heri Heriyadi, dan Bung Faried Hidayat hanyalah secuil dari selaksa kisah PMI lulusan UT yang berhasil membuktikan bahwa bekerja sambil kuliah merupakan keniscayaan.
Kisah PMI sukses ini juga makin memantapkan betapa urgensi pendidikan bagi PMI. Lewat pendidikan tinggi akan terlahir kualitas PMI yang tidak hanya memiliki keterampilan teknis semata, tetapi memiliki mentalitas yang kuat dan daya saing global.(jpnn)
*Penulis adalahd Dosen Program Studi Sosiologi FHISIP & Direktur Layanan Luar Negeri Universitas Terbuka
Mayoritas pekerja migran Indonesia ditempatkan di sektor pekerjaan dirty, demeaning, and dangerous. Gaji mereka pun jauh lebih rendah dari pekerja lokal.
- Lewat Program ini PMI di Singapura Dipersiapkan Agar Punya Masa Depan Lebih Cerah
- Perdana, Universitas Terbuka Gelar Wisuda Langsung dari Jepang
- Terungkap! WNI Jadi Korban Kerja Paksa dan Eksploitasi Finansial di Kapal Taiwan
- Menteri Karding Sebut Pemerintah Desa Berperan Kunci Terkait Pelindungan Pekerja Migran
- Dorong Inovasi dan Kolaborasi, Pascasarjana UT Gelar FUSION 2024
- Mendagri Tito Karnavian Teken MoU dan SEB untuk Melindungi Pekerja Migran, Ini Isinya