Migrasi ke Australia Segera Dimulai Kembali

"Perekrutan ini juga dapat melemahkan insentif bagi perusahaan untuk melatih pekerja yang dibutuhkan," kata Dr Lowe.
Eksploitasi merugikan semua pihak
Salah satu permasalahan yang kerap dialami pekerja migran yaitu eksploitasi di tempat kerja.
Jenis visa tertentu, terutama visa tinggal sementara dan visa pelajar, membuat mereka lebih rentan terhadap eksploitasi oleh majikan.
Ketika ancaman deportasi atau hukuman membayangi, para migran bisa terjebak dalam pekerjaan eksploitatif dan dibayar rendah.
Hal ini dapat terus menekan upah di sektor itu, seperti terjadi dalam kasus pencurian upah skala besar dan penipuan di sektor 'hospitality' dan pertanian.
Seorang migran asal Tiongkok, Xueliang Wang, datang ke Australia pada 2018 untuk mencari kehidupan yang lebih baik.
Tapi, sebaliknya, katanya dia menjadi korban eksploitasi di tempat kerja.
Pada Maret 2020, Wang bekerja 11 jam memetik buah di salah satu pertanian di New South Wales, tinggal di kontainer barang bersama istrinya.
Sejak perbatasan ditutup pada Maret 2020, lebih dari 500.000 migran telah meninggalkan Australia, sementara jumlah pekerjaan tidak berkurang
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Pemerintah Siapkan Regulasi Baru Untuk Perkuat Perlindungan Pekerja Migran
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia
- Dunia Hari Ini: Katy Perry Ikut Misi Luar Angkasa yang Semua Awaknya Perempuan