Migrasi ke Australia Segera Dimulai Kembali

Saat migran menekan tingkat upah
Pencurian upah yang merajalela di jaringan toko serba ada 7-Eleven membuat operator membayar denda lebih dari $ 173 juta.
Mayoritas pekerja di perusahaan itu adalah migran.
Menurut Brendan Coates dari lembaga pemikir independen Grattan Institute, hak-hak buruh migran belum ditegakkan.
"Hal ini dapat merugikan upah warga Australia dengan keterampilan yang sama dan bekerja di sektor yang sama,” tulisnya dalam sebuah laporan.
Pemegang visa sementara lebih berisiko dieksploitasi daripada pemegang visa permanen karena mereka harus memenuhi persyaratan, seperti tetap bekerja, untuk tetap tinggal di Australia dan terus mencari visa permanen.
Brendan melihat masalahnya ada pada desain visa kerja sementara dan lemahnya penegakan hukum perburuhan di sektor-sektor di mana pekerja migran terkonsentrasi.
Analisis terhadap 1 juta visa sementara Australia untuk pekerja terampil dalam studi Universitas Oxford tahun 2020 menemukan bahwa ketika pekerjaan tertentu menerima banyak migran, pendapatan pekerja lokal cenderung meningkat.
Alasanya, karena mereka menyesuaikan diri dengan persaingan dengan cara beralih ke pekerjaan lain yang dibayar lebih tinggi.
Sejak perbatasan ditutup pada Maret 2020, lebih dari 500.000 migran telah meninggalkan Australia, sementara jumlah pekerjaan tidak berkurang
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Pemerintah Siapkan Regulasi Baru Untuk Perkuat Perlindungan Pekerja Migran
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia
- Dunia Hari Ini: Katy Perry Ikut Misi Luar Angkasa yang Semua Awaknya Perempuan