Mike Marjinal…Balada Punk Indonesia
"Mike itu jiwa seninya bagus. Dia bermusik. Di waktu senggang, kita bernyanyi-nyanyi di sekretariat (Forsaid--red). Mereka lah tu yang hibur. Dulu buat bayar kontrakan sekretariat susah. Makan susah. Untuk itu, kita ngamen."
Di samping itu, mereka juga bikin puisi. Cetak. Jual puisi. "Anak-anak ATGI itu ahlinya percetakan," kenang Yoga yang kini menjadi konsultan hukum, dalam sebuah obrolan siang dengan JPNN.com, Kamis, 23 Maret 2017.
Mereka juga bikin macam-macam souvenir, sablon kaos untuk dijual--usaha yang masih dilakoni anak-anak Marjinal hingga sekarang.
Suatu hari, "karena jarang mandi. Orangnya rada jorok. Kutuan tuh rambutnya yang gimbal kriwil-kriwil. Beli obat. Sibuk dia ngurusin rambut gimbalnya. Kawan-kawan lalu saranin suruh botak. Hahaha…nggak mau dia."
Pun demikian, semasa kuliah dulu, sebagaimana dikisahkan Yoga, Mike dan kawan-kawannya boleh dibilang menguasai kampus ATGI. Ada kode tanda petik saat muncul kata; menguasai.
Dalam sejarah gerakan, Forsaid bersama forum-forum mahasiswa lain di Jakarta kemudian bersatu membentuk Komite Aksi Mahasiswa bersama Rakyat untuk Demokrasi (Komrad) pada 1998.
"Dia (Mike) aktif demo 1998 melawan Orde Baru," ungkap Yoga.
Setelah Soeharto lengser, bersama sejumlah tokoh mahasiswa dari seluruh Indonesia, Mike mendirikan Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) pada 1999.
BAPAKNYA tentara. Tapi, dia anti militerisme. Pentolan band punk Marjinal ini di garis depan saat mahasiswa menggulingkan rezim Soeharto. Kini, ia
- Heru B. Wasesa dan Tim Gali Fakta Sejarah Nusantara dari Perspektif Eropa
- Gara-Gara Duit di Celengan Hilang, Anak Punk Dibunuh & Dibakar
- Memperingati Kudatuli, PDIP Bersama Korban Rezim Otoriter Tabur Bunga di Kantor Partai
- Festival Maek 2024 Akhirnya Digelar, Kenalkan Sejarah Megalitikum di Minangkabau
- Final EURO 2024 dan Stadion Megah dengan Sejarah Kelam Nazi
- 11 Dari 20 Anak Punk yang Tes Urine di Banda Aceh Positif Narkoba