Mikroskop Super Sabet Nobel Kimia
jpnn.com - STOCKHOLM – Setelah Nobel Fisika, Royal Swedish Academy of Sciences mengumumkan pemenang Nobel Kimia kemarin (8/10). Kali ini giliran dua ilmuwan asal Amerika Serikat (AS) dan seorang ilmuwan asal Jerman yang menyabet penghargaan bergengsi tersebut. Trio ilmuwan itu menjadi nobelis berkat miskroskop.
Stefan Hell bersama Eric Betzig dan William Moerner memaksimalkan fungsi lensa mikroskop. Melalui riset terpisah, tiga pria tersebut sukses meningkatkan kinerja optik mikroskop hingga ke tingkat nano.
Dengan demikian, ilmuwan bisa menggunakan mikroskop untuk mengamati objek yang berukuran sangat kecil. Misalnya, molekul-molekul jaringan. Sebelumnya, kemampuan lensa mikroskop terbatas. ’’Kini ilmuwan di seluruh dunia telah menggunakan pengamatan tingkat nano untuk menyelidiki penyakit atau obat-obatan,’’ ungkap komite nobel dalam pernyataan resminya.
Semua itu, lanjut komite nobel, berkat penemuan Hell dan dua rekannya sesama ilmuwan. Menurut komite yang berbasis di Swedia tersebut, dunia ilmu pengetahuan dan kesehatan berutang budi pada trio ilmuwan tersebut.
Peningkatan resolusi optik mikroskop itu bermula dari riset Hell. Sekitar 1990, pria 51 tahun tersebut berusaha mengamati molekul fluorescent lewat mikroskop. Saat itu dia menggunakan bantuan sinar laser yang diarahkan ke molekul fluorescent untuk memecahkannya menjadi ukuran lebih kecil. Dia lantas menyaring pecahan-pecahan tersebut dan mendapatkan objek berukuran 20 nanometer.
’’Kekanak-kanakan memang. Tetapi, saya sangat senang melihat gambar beresolusi tinggi melalui mikroskop setelah percobaan itu,’’ ungkap Hell.
Direktur Max Planck Institute for Biophysical Chemistry di Kota Goettingen, Jerman, itu berhasil mematahkan asumsi rekan-rekannya sesama ilmuwan yang menganggap peningkatan resolusi optik mikroskop sebagai hal mustahil.
Di tempat terpisah, Betzig dan Moerner menyempurnakan temuan Hell itu. Mereka lantas menerapkan fungsi maksimal mikroskop tersebut di bidang kesehatan. Hell menggunakan mikroskop untuk menyelidiki fungsi sel syaraf demi menunjang risetnya tentang sinaps otak.
STOCKHOLM – Setelah Nobel Fisika, Royal Swedish Academy of Sciences mengumumkan pemenang Nobel Kimia kemarin (8/10). Kali ini giliran dua ilmuwan
- Kemlu RI Berharap PM Israel Benjamin Netanyahu Segera Ditangkap
- Operasi Patkor Kastima 2024 Dimulai, Bea Cukai-JKDM Siap Jaga Kondusifitas Selat Malaka
- Hari Martabat dan Kebebasan, Simbol Ketahanan dan Harapan Rakyat Ukraina
- Gaza Menderita, Otoritas Palestina Tolak Rencana Israel Terkait Penyaluran Bantuan
- Indonesia Merapat ke BRICS, Dubes Kamala Tegaskan Sikap Amerika
- Ngebet Usir Imigran, Donald Trump Bakal Kerahkan Personel Militer