Miliki Ribuan Gambar Propaganda ISIS, Pria Perth Dibatalkan Paspornya

Dia mengatakan kepada Pengadilan Banding Administratif dia adalah orang yang toleran yang tidak memiliki pandangan ekstrem, dan hanya memiliki minat dalam perubahan politik dan sosial di seluruh dunia yang berhubungan dengan Muslim.
Dia telah menyaksikan materi ekstrimis untuk "tujuan pendidikan", katanya.
Pria itu mengatakan foto dan video telah "disinkronkan" ke ponsel atau kartu SD-nya tanpa sepengetahuannya, dan beberapa foto telah dikirimkan kepadanya secara otomatis "melalui obrolan grup".
Dia juga berpendapat bahwa mengangkat "jari Shahada" bukanlah ekstremis dan lebih seperti orang Kristen yang membuat tanda salib.
Namun, dia mengatakan dia tidak menyadari bahwa mengunjungi situs web dan mengikuti akun media sosial akan menyebabkan masalah seperti itu dan dia telah menghapus akun termasuk Facebook dan Telegram.
AAT mengatakan "unsur-unsur penting dari bukti pemohon tidak dapat dipercaya".
Dikatakan bahwa orang itu "sengaja berbohong tentang sifat dan tingkat hubungannya dengan orang-orang tertentu dalam berbagai wawancara dengan ASIO dan agen AFP serta dalam proses ini".
AAT mengatakan "ASIO memiliki alasan yang masuk akal untuk mencurigai bahwa jika pemohon harus memegang paspor dia akan cenderung terlibat dalam perilaku, yaitu kekerasan bermotif politik, dan bahwa perilaku itu mungkin merugikan keamanan Australia atau negara asing".
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia