Militer Ethiopia Gunakan Taktik Kotor, Warga Tigray dalam Bahaya Besar
jpnn.com - Dataran tinggi utara Ethiopia menjadi buah bibir global untuk kelaparan pada pertengahan 1980-an, ketika kekeringan dan konflik digabungkan untuk menciptakan bencana yang menewaskan sebanyak satu juta orang.
Sekarang kelaparan mengintai wilayah Tigray lagi, dan seorang pejabat senior Perserikatan Bangsa Bangsa menuduh bahwa kelaparan digunakan sebagai senjata perang.
Lebih dari 350.000 dari hampir 6 juta orang Tigray hidup dalam kondisi kelaparan, menurut sebuah analisis oleh badan-badan PBB dan kelompok bantuan global yang pertama kali dilaporkan oleh Reuters pada Kamis.
Hampir 2 juta lainnya selangkah lagi dari kekurangan yang mengerikan seperti itu, kata mereka. Ethiopia telah membantah perkiraan ini.
Pertempuran sejak November antara pemerintah Ethiopia dan partai berkuasa yang digulingkan di kawasan itu, Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF), telah membuat lebih dari 2 juta orang mengungsi.
Konflik pecah tepat sebelum panen raya, dengan masing-masing pihak saling menyalahkan. Negara tetangga Eritrea dan wilayah Amhara di sebelah Ethiopia mengirim pasukan untuk mendukung pemerintahan Perdana Menteri Abiy Ahmed.
Dalam beberapa komentar publik terkuatnya hingga saat ini tentang krisis tersebut, pejabat tinggi kemanusiaan PBB, Mark Lowcock, menuduh pasukan Eritrea "berusaha menangani penduduk Tigray dengan membuat mereka kelaparan."
Dalam sebuah wawancara dengan Reuters pada Kamis, Lowcock mengatakan tentara Eritrea dan pejuang lokal sengaja memblokir pasokan ke lebih dari 1 juta orang di daerah-daerah di luar kendali pemerintah. "Makanan pasti digunakan sebagai senjata perang."
Pertempuran antara pemerintah Ethiopia melawan Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF), telah membuat lebih dari 2 juta orang mengungsi
- Dunia Hari Ini: Ratusan Warga Sudan Meninggal Akibat Serangan Paramiliter
- Future Lestari Pertemukan Simple Planet & Pemerintah Indonesia untuk Menekan Stunting
- Dorong Peningkatan Ketahanan Pangan Nasional, Bamsoet: Jangan Bergantung Kepada Impor
- Dina Hidayana: Political Gastronomy Harus jadi Landasan Program Makan Siang Gratis
- Indonesia Tekankan Pentingnya Iptek dan Inovasi untuk Mencapai SDGs 2 Tanpa Kelaparan
- UBL Gelar General Lecture Hadirkan Harambee University Ethiopia