Militer Menahan Diri, Demokrasi Pakistan Berkembang
Kamis, 20 Oktober 2011 – 06:44 WIB
Dengan indikasi ketiga peristiwa tadi, terang Ishak, bisa disimpulkan bahwa militer Pakistan kini enggan atau tidak mau terlibat dalam politik praktis lagi. Sebaliknya, pemerintahan sipil diberi kesempatan menjalankan pemerintahan secara demokratis. "Ya, kita doakan saja mudah-mudahan kehidupan demokratis di negara ini bisa lebih berkembang," katanya.
Indonesia, lanjut Ishak, semestinya bisa mengambil hikmah penting dari pengalaman Pakistan. Yakni, keamanan suatu negara adalah di atas segala-galanya. "Kalau negara tidak aman, pembangunan akan tersendat, ekonomi tidak berkembang, pengangguran meningkat karena tenaga tidak bisa diserap pasar. Investor juga pikir-pikir kalau mau masuk ke negara yang tidak aman," ingatnya.
Karena itu, dia mengingatkan politisi Senayan agar punya tanggung jawab moral untuk menjaga stabilitas politik di tanah air. Boleh berbeda pendapat, wajar dalam rivalitas politik. Tapi, yang harus diingat, jangan sampai terjadi instabilitas negara.
"Itu yang harus diingat semua politisi. Sebab, kalau negara sudah tidak aman, sulit mengembalikannya. Ongkosnya juga sangat besar. Karena itu, jangan sampai negara kita tidak aman hanya gara-gara perbedaan politik," ingatnya. (bh/c2/ttg)
ISLAMABAD - Sejak kendali pemerintahan Pakistan berada di tangan Presiden Asif Ali Zardari, kehidupan demokrasi di Pakistan kian berkembang pesat.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Kemlu RI Berharap PM Israel Benjamin Netanyahu Segera Ditangkap
- Operasi Patkor Kastima 2024 Dimulai, Bea Cukai-JKDM Siap Jaga Kondusifitas Selat Malaka
- Hari Martabat dan Kebebasan, Simbol Ketahanan dan Harapan Rakyat Ukraina
- Gaza Menderita, Otoritas Palestina Tolak Rencana Israel Terkait Penyaluran Bantuan
- Indonesia Merapat ke BRICS, Dubes Kamala Tegaskan Sikap Amerika
- Ngebet Usir Imigran, Donald Trump Bakal Kerahkan Personel Militer