Mimi M. Lusli, Tunanetra â€Jembatan Komunikasi†dengan Orang Normal
Sabtu, 10 Januari 2009 – 08:14 WIB
''Saya sedang mendirikan Mimi Institute di tempat ini,'' kata Mimi tentang kegiatan renovasi di ruangannya.
Berbeda dengan penyandang tunanetra yang kebanyakan sulit beradaptasi dengan lingkungan sekolah, Mimi justru senang bersaing dengan rekan-rekan yang normal.
Mimi yang anak ketiga di antara empat bersaudara itu menyadari penglihatannya mulai kabur sejak berusia 10 tahun. Yakni, saat dia duduk di bangku SD Candranaya, Jakarta Barat. Dia mengalami penyakit genetik retinitis pigmentosa.
Menurut dia, retinitis pigmentosa merupakan penyakit degenerasi retina. Penyakit itu memiliki kecenderungan untuk diturunkan secara genetis. Pada retinitis pigmentosa, terjadi degenerasi fotoreseptor retina secara bertahap sehingga menyebabkan hilangnya penglihatan secara progresif.
Lulus karena Rajin Bawa Tape Recorder ke Kampus Hampir 30 tahun mengalami buta total, Mimi M. Lusli tidak berhenti menjadi ''jembatan'' antara warga
BERITA TERKAIT
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara