Mimi M. Lusli, Tunanetra â€Jembatan Komunikasi†dengan Orang Normal
Sabtu, 10 Januari 2009 – 08:14 WIB
''Manifestasi gejala-gejala pada penderita retinitis pigmentosa adalah sulit melihat pada malam hari dan rabun senja, penyempitan lapang penglihatan secara perlahan, dan berlanjut pada kebutaan,'' jelasnya. Karena penyakit itu mengenai saraf dan genetik, sampai saat ini belum ada pengobatan yang efektif.
Anak pasangan Kuswandi Lusli dan Yuliawati itu pun berkali-kali dibawa ke dokter mata. Ketika penyakitnya makin parah, dia tidak bisa lagi menulis di buku tulis. Akibatnya, ketika duduk di kelas V SD, Mimi tidak bisa bersekolah lagi.
Pada usia 17 tahun, Mimi benar-benar mengalami totally blind (kebutaan total). Rasa iri mulai muncul karena kakak dan adiknya bisa pergi belajar di sekolah. Saat yang sama Mimi terus berganti dirawat di dokter mata dan dokter saraf. Sambil terus berobat itu, Mimi akhirnya bisa menempuh pendidikan di Sekolah Tunagrahita Bakti Luhur, Malang, Jawa Timur.
''Saya harus menerima kenyataan ketika suatu hari dokter memberi tahu bahwa penyakit saya tak bisa sembuh,'' kata Mimi.
Lulus karena Rajin Bawa Tape Recorder ke Kampus Hampir 30 tahun mengalami buta total, Mimi M. Lusli tidak berhenti menjadi ''jembatan'' antara warga
BERITA TERKAIT
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara