Mimi Tjong
Oleh: Dahlan Iskan
.jpeg)
jpnn.com - HARI PERTAMA masa kampanye capres kemarin saya mulai dari Medan: bihun bebek. Saya lupa nama jalannya tetapi ingat nama restonya: Asie. Tidak jauh dari Jalan Kesawan.
Tentu saya olahraga sebelumnya: sejak jam 06.30. Di halaman mal Center Point. Bersama aktivis senam kaus kuning di Medan.
Mereka sudah bertahun-tahun olga di situ. Baru kemarin lagu-lagunya beda. Lagu dance sport dari saya. Yang dibawa Nicky dari Surabaya.
Anda tahu: pesertanya 100 persen wanita Tionghoa. Satu-dua laki-laki yang lewat situ saya ajak gabung. Maka saya pilihkan yang lagu-lagu mandarin yang belum pernah mereka mainkan.
Konsekuensinya: saya yang harus tampil di depan. Bersama Nicky.
"Ini sebenarnya bukan bebek," ujar pemilik resto bihun bebek itu.
Hah? Bukankah semua orang bilang ini bihun bebek?