Mimi Tjong

Oleh: Dahlan Iskan

Mimi Tjong
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Empat tahun sebelum meninggal Tjong menulis surat wasiat: hampir seluruh kekayaannya dihibahkan untuk dua yayasan. Yang satu yayasan di Medan. Satunya lagi yayasan di Mexian.

Mimi bercerita, begitu Tjong meninggal dunia, istri dan semua anaknya pindah ke Swiss. Yang menyarankan kepindahan itu adalah orang Belanda yang menjadi tangan kanan Tjong.

Itu orang kepercayaan Tjong. Boleh dikata orang Belanda itulah yang mengendalikan semua perusahaan Tjong.

Istri Tjong wanita Tionghoa peranakan dari Binjai, dekat Medan. Dia ibu rumah tangga biasa. Tidak tahu soal perusahaan.

Itu istri ketiga Tjong. Istri pertamanya wanita Tiongkok. Meninggal. Hanya punya satu anak angkat. Istri kedua juga wanita dari Tiongkok. Anaknyi 3 orang. Yang dari Binjai punya anak 7 orang.

Kelihatannya anak-anak Tjong hanya mewarisi uang deposito atau sebangsanya. Seluruh aset di Medan tidak ada yang jatuh ke keluarga. Karena itu sang cucu pun hidup seperti orang Medan kebanyakan.

Saya belum menemukan hasil penelitian ilmuwan soal nasib aset-aset Tjong Afie. Termasuk sahamnya di tambang batu bara Sawahlunto di Sumatera Barat.

Tjong berusia 18 tahun saat datang ke Deli, dari Mexian. Dia menyusul kakaknya yang sudah lima tahun tiba di Deli.

Tjong Afie adalah konglomerat pertama di Medan. Sezaman dengan Oei Tiong Ham, si raja gula dari Semarang. Tjong meninggal tahun 1921. Oei meninggal 1924.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News