Hikayat Achmad Sjaichu (6/habis)
Mimpi Jumpa Nabi Muhammad, Begini Ceritanya
Pada 1934, lulus dari madrasah yang digadang-gadang sebagai embrio NU setelah Nadlatul Wathan di Kawatan, Surabaya tersebut, Sjaichu kecil langsung bekerja di perusahaan sepatu milik Pakdenya, Mohammad Zein bin H. Syukur.
Dia tak lanjut sekolah. Apa sebab? Abdul Manan, ayah tiri yang menyayanginya bak ayah kandung, meninggal beriringan dengan kelulusannya di Madrasah Taswirul Afkar.
"Setelah punya bekal yang dianggap cukup, hasil bekerja selama dua tahun, Sjaichu kembali ke bangku sekolah," tulis Gus Dur dan kawan-kawan dalam buku Kembali ke Pesantren.
Dia masuk Madrasah Nahdlatul Wathan yang didirikan KH. Wahab Chasbullah bersama KH Mas Mansur dan HOS Tjokroaminoto.
Sembari sekolah, ia bekerja pada Mohammad Yasin, penjahit kenamaan di daerah Pacar Keling.
Yasin punya anak gadis bernama Solchah, yang di kemudian hari (5 Januari 1945) dibawanya naik pelaminan.
"Dua tahun ia bekerja di sana, mulai dari belajar memegang jarum sampai bisa menjahit dan membuat disain sendiri."
Setelah menikah, bersama Solchah, Sjaichu mengembangkan home industry sepatunya. Pekerjanya 15 orang.
ACHMAD Sjaichu senantiasa menjaga wudhu'nya. Mengaku pernah bermuka-muka dengan Nabi Muhammad. Dalam mimpi sekali waktu.
- Yenny Wahid tak Setuju Wacana MLB NU
- PCNU Surabaya Tolak Pra-MLB NU, Begini Tanggapan Gus Salam
- Humanitarian Islam dan Peran NU Dalam Membangun Papua
- Heru B. Wasesa dan Tim Gali Fakta Sejarah Nusantara dari Perspektif Eropa
- Seusai Dilantik, Empat Menteri dari NU Minta Restu Rais Aam dan Ketum PBNU
- Tersangka Penganiayaan Rombongan Kiai NU Terancam 5 Tahun Bui