Minirampok Minimarket
Kekuatan cinta keluarganya itulah yang mendongkrak adrenaline-nya untuk berbuat melawan hukum? Dia pasti tidak pernah membayangkan, seperti apa tangisan anak-istri, kalau di ujung perjuangan untuk membahagiakan mereka itu akhirnya tertangkap polisi? Kalau kisah ini diangkat dalam film pendek, saya kira bisa membuat pemirsa meneteskan air mata.
Rampok kok hanya mengambil cokelat? Mie instan? Permen karet? Terlalu remeh, jika dibandingkan dengan risiko tertangkap? Saya khawatir mereka bukan berprofesi sebagai perampok beneran. Mereka hanya orang yang lapar, tidak punya uang, terus coba-coba berpikir jalan pintas saja. Tetapi kok beruntun, dari 4-11 Januari saja sudah lebih dari 6 kejadian? Dugaannya menjadi, ini dilakukan oleh komplotan yang sama.
Berarti terorganisir, terencana, dan modusnya mereka masuk bersama pengunjung lain, mengamati ada kamera CCTV di mana saja, kalau aman, pura-pura bertransaksi, lalu menodong dengan clurit atau senpi. Kejahatan memang seperti air, selalu mencari tempat yang lebih rendah. Kejahatan selalu saja menemukan tempat yang benteng security-nya paling lemah.
Dulu, rampok mengintai toko-toko emas. Kalau sedang musim rampok toko barang berharga itu, kejadian juga beruntun di kota yang berbeda, dengan modus yang mirip. Lalu sistem keamanan di toko berkilau itu disempurnakan, maka perampok pindah haluan. Mengintai bank dan aktivitas perbankan. Objek inipun diperkokoh security-nya, sampai-sampai satpam perusahaan bank diperlengkapi pistol dan dibantu polisi berlaras panjang.
Lalu, fokus perampokan bergeser lagi. Kasir-kasir perusahaan yang mengambil cash di bank, untuk gaji, bonus, dan transaksi langsung yang lain. Perjalanan dari bank ke kantor itulah yang menjadi titik rawan rampok. Lalu era penggajian payroll berkembang, lebih aman, tidak kuno dan minim risiko. Bergeser lagi, sasarannya bukan lagi bank, toko emas, atau pengambilan cash di kantor.
Warnet dan wartel yang buka 24 jam. Mereka mendatangi persewaan telekomunikasi itu, lalu menguras duit kasir. Dalam sebulan, di Jakarta, puluhan warnet seperti digilir oleh rampok. Cerita yang sama juga terjadi SPBU yang buka 24 jam. Lalu taksi yang beroperasi 24 jam. Rampok atau apapun istilahnya, selalu pintar mencari titik lengah.
Sebaliknya, petugas keamanan ditakdirkan terlambat satu langkah. Itulah fakta yang menjadi inspirasi Walt Disney menciptakan kartun Tom & Jerry. Jerry, si tikus coklat kecil, lincah, cerdik, dan sering menang. Tom, si kucing sensitif yang nalurinya berburu tikus. Kalau keamanan minimarket sudah tidak mini lagi, mungkin mini rampok pun bakal bergeser entah ke objek mana lagi.
Solusina, CCTV, kamera tersembunyi, CPU jangan disatukan di meja kasir. Kasir harus punya tombol pengaman, yang sekali pencet, mengirim sinyal SOS ke kantor polisi terdekat. Yang buka 24 jam, wajib dijaga satpam yang berkoneksi dengan polisi.
ISTILAH “rampok”, “rampas”, dan “rebut” itu sama-sama bermakna mengambil paksa hak orang lain. Sama-sama, men-take
- Batal Didatangi Massa Buruh, Balai Kota DKI Lengang
- Jangan Menunggu Bulan Purnama Menyapa Gulita Malam
- Dua Kali Getarkan Gedung, Bilateral Meeting Jalan Terus
- Agar Abadi, Tetaplah Menjadi Bintang di Langit
- Boris Yeltsin Disimbolkan Bendera, Kruschev Seni Kubisme
- Eskalator Terdalam 80 Meter, Mengusap Mulut Patung Anjing