Minus Dua

Oleh: Dahlan Iskan

Minus Dua
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Semua yang tiga kali lipat itu dia lakukan untuk dirinya juga. Karena itu dia pintar, bisa naik pangkat sampai letnan jenderal, tetapi posisi terbaiknya adalah guru.

Opung menjadi pengajar favorit di Sesko, Seskogab, maupun di Lemhanas. Opung asyik sekali kalau mengajar. Dia menikmatinya.

Murid-muridnya sudah banyak yang jadi jenderal bintang empat. Justru gurunya yang tertinggal.

Gagal melayat Opung saya langsung melayat yang lain: ayah Robert Njoo. Dia juga meninggal. Umur 89 tahun. Hanya selisih beberapa jam dari Opung.

"Saya minus dua hari ini," kata Njoo dengan logat Bataknya. "Dua bapak saya meninggal hampir bersamaan," tambahnya. Padahal, Opung sudah berpesan agar Njoo-lah yang mengurus jenazahnya bila meninggal dunia. Njoo pun sudah menyanggupinya.

Permintaan itu disampaikan Opung ketika dia jatuh di kamarnya hampir dua tahun lalu. Saat itu Opung sudah lama sakit sakitan.

Tengah malam itu dia ingin ke kamar mandi. Jatuh. Njoo ditelepon. Njoo membawa Opung ke rumah sakit. Kepala bagian belakang Opung harus dijahit tujuh jahitan.

Sejak itu kondisi Opung kian lemah. Makannya terlalu sedikit. Banyak makanan yang dilarang: yang bergula, bergaram, berlemak, dan banyak lagi. Berat badannya tinggal 48 kg.

Opung sudah lama menyiapkan makam untuk dirinya: Di Hall of Silence kompleks museum Letnan Jenderal Purn TB Silalahi. Itu juga disebut TB Silalahi Center.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News