Minyak Belut
Oleh: Dahlan Iskan
"Anggaplah dia (RY, red) memang berani, maka keberaniannya itu tampaknya karena sudah ada preseden," kata Reza Indragiri saat dimintai analisisnya oleh JPNN.com, Kamis (24/3).
Menurut Reza, presedennya adalah karena RY sudah berhasil mengajak direktur polisi untuk melanggar peraturan sehingga pelaku berani untuk melanggar lagi.
"Seolah, di mata RY, pejabat direktur berpangkat AKBP bukan lagi sosok menakutkan yang harus dia patuhi," ucap pakar yang pernah mengajar di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) itu.
Lagi pula, kata Reza, untuk apa seorang direktur meladeni "ajakan" cekcok seorang tahanan? Toh, direktur tinggal memanggil para anggotanya untuk meringkus tahanan yang membangkang.
Selanjutnya, Reza menganggap memang ada cekcok. Kemungkinan, katanya, itu cekcok seketika di rumah RY, bukan percekcokan yang dimulai dari rutan.
"Kalau cekcok sudah dimulai sejak di rutan, tentu direktur akan membatalkan rencana mendampingi RY ke luar rutan," tutur Reza.
Menurut Reza, cekcok yang berlanjut dengan perilaku ekstrem berupa membunuh lawan tanpa disertai atau didahului perkelahian tangan kosong, tetapi langsung masuk untuk mengambil senjata, lalu menembak ke bagian tubuh yang hampir bisa dipastikan berefek mematikan, terkesan dipicu oleh sesuatu yang amat personal.
"Seperti ada ketersinggungan, amarah hebat, sakit hati yang pribadi sekali yang sekonyong-konyong muncul," lanjut pria asal Indragiri Hulu, Riau itu.