Minyak Dunia Mulai Stabil, Industri Galangan Kapal di Batam Kembali Ada Harapan

jpnn.com, BATAM - Harapan untuk galangan kapal Batam bangkit kembali mengemuka. Penyebabnya adalah harga minyak dunia mulai stabil, begitu juga dengan harga batubara.
"Stabilnya harga minyak dunia yakni di angka rata-rata 45 hingga 50 dolar Amerika membuat tender proyek minyak dan gas akan dibuka kembali," kata Direktur Small Medium Enterprise, Indonesia Marketing Association (IMA) Chapter Batam, Irfan Widyasa, Senin (31/7).
Kemudian harga batubara dunia juga mulai stabil di angka 75 dolar Amerika perton. Setelah sebelumnya jatuh dibawah 60 dolar Amerika perton.
"Hal itu ditandai oleh meningkatnya penyewaan alat berat full booked hingga akhir 2017 hingga 350 persen," terangnya.
Faktor lainnya adalah dilonggarkannya keran ekspor mineral mentah. Namun tentu saja kebijakan tersebut diikuti tiga ketentuan.
"Pertama merubah izin jadi pertambangan khusus, kedua harus bangun smelter dalam lima tahun dan ketiga difestasi saham hingga 51 persen untuk negara dalam 10 tahun," jelasnya.
Divestasi saham adalah pengurangan beberapa jenis aset baik dalam bentuk finansial atau barang. Dapat juga disebut penjualan dari bisnis yang dimiliki perusahaan. Divestasi adalah kebalikan investasi pada aset baru.
BP Batam sebagai pengelola investasi juga tidak diam. BP Batam berupaya dengan empat usaha, yakni mendukung aliansi perusahaan galangan berbagi sumber daya.
Harapan untuk galangan kapal Batam bangkit kembali mengemuka. Penyebabnya adalah harga minyak dunia mulai stabil, begitu juga dengan harga batubara.
- ABM Investama Tunjukkan Resiliensi-Komitmen ESG di Tengah Tantangan Industri 2024
- Gandeng Telkomsel, Pegatron Resmikan Smart Factory Berbasis AI dan 5G di Batam
- Peringatan Hari Bumi 2025, PalmCo Atur Strategi untuk Percepat Net Zero Emisi
- Antisipasi Dampak Tarif Resiprokal AS, Bea Cukai Jaring Masukan Pelaku Usaha Lewat CVC
- Grinviro Hadirkan Solusi Pengolahan Air Limbah Industri Berkelanjutan di Inatex 2025
- Reklasifikasi Mitra Jadi Karyawan Bakal Jadi Bumerang Bagi Industri Mobilitas