Minyak Goreng Langka dan Kedelai Mahal, Bamsoet: Jangan Dibiarkan Berlarut-larut

Minyak Goreng Langka dan Kedelai Mahal, Bamsoet: Jangan Dibiarkan Berlarut-larut
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menyatakan, kredibilitas pemerintah sebagai regulator menjadi taruhan karena masyarakat mempertanyakan kapabilitasnya dalam mengelola kebutuhan pokok. Foto: Humas MPR RI

''Kenaikan harga minyak goreng bahkan diperkirakan sejak tahun lalu menyusul naiknya harga CPO di pasar global. Karena tidak ada kebijakan antisipatif, kelangkaan dan naiknya harga harus ditanggung masyarakat sebagai konsumen,'' ucapnya.

Sementara itu, lonjakan harga kedelai terjadi karena pasokan ke pasar dalam negeri berkurang.

Bamsoet menjelaskan, pasokan kedelai berkurang karena volume produksi di negara produsen menurun.

Dalam kasus itu, ketergantungan Indonesia akan produk impor memang tak terhindarkan.

''Kecenderungan ini terjadi karena produksi dalam negeri terus menurun dan tak bisa memenuhi permintaan masyarakat. Awal Februari 2022, harga kedelai di pasar global berkisar Rp 11.240 per kilogram,'' ungkap Bamsoet.

Dari total kebutuhan yang mendekati 3 juta ton, produksi dalam negeri hanya mampu memasok kurang dari 10 persen.

Sisanya, Indonesia impor dari Amerika Serikat dan beberapa negara produsen lain.

''Ketika produksi kedelai di di beberapa negara produsen menurun, Indonesia harus mencari jalan keluar dengan melakukan pendekatan kepada negara produsen lain,'' ujarnya.

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menyatakan, pemerintah seharusnya mengatasi masalah kelangkaan minyak goreng dan tingginya harga kedelai secara maksimal karena berkaitan dengan kebutuhan rumah tangga dan jutaan pelaku UMKM

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News