Minyak Goreng Langka dan Kedelai Mahal, Bamsoet: Jangan Dibiarkan Berlarut-larut

Minyak Goreng Langka dan Kedelai Mahal, Bamsoet: Jangan Dibiarkan Berlarut-larut
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menyatakan, kredibilitas pemerintah sebagai regulator menjadi taruhan karena masyarakat mempertanyakan kapabilitasnya dalam mengelola kebutuhan pokok. Foto: Humas MPR RI

Apa yang dialami produsen ini memberikan dampak ikutan pada komunitas pemilik rumah makan maupun penjual jajanan tahu dan tempe goreng yang jumlahnya tidak sedikit.

Menurut Bamsoet, Keluh kesah masyarakat itu seharusnya didengarkan dan direspons pemerintah. Khususnya para menteri ekonomi di kabinet.

Minyak goreng dan kedelai sebagai bahan baku tahu-tempe adalah faktor yang tidak boleh diabaikan.

''Ketika pandemi belum berakhir, konsumsi masyarakat menjadi salah satu faktor utama pendorong pertumbuhan ekonomi,'' ungkapnya.

Agar kekuatan konsumsi masyarakat tetap terjaga, pemerintah harus segera mengatasi kelangkaan minyak goreng dan kedelai.

''Jangan biarkan masalah ini berlarut-larut. Kalau persoalannya bisa diatasi dengan menggeser skala prioritas atau refocusing anggaran untuk menyubsidi minyak goreng dan kedelai, tentu bukan aib untuk melakukannya,'' ungkap Bamsoet.

Jangan lupa, minyak goreng dan kedelai itu berkait langsung dengan kebutuhan keseharian masyarakat Indonesia. Semestinya, kebutuhan yang satu ini tidak boleh dikorbankan.

Sebagai masalah yang sedang dihadapi semua rumah tangga Indonesia, kelangkaan minyak goreng dan tingginya harga kedelai sudah memasuki bulan kedua.

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menyatakan, pemerintah seharusnya mengatasi masalah kelangkaan minyak goreng dan tingginya harga kedelai secara maksimal karena berkaitan dengan kebutuhan rumah tangga dan jutaan pelaku UMKM

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News