MIRA Negosiasi Utang Heronswood
Kamis, 01 Juli 2010 – 07:13 WIB
JAKARTA - PT Mitra International Resources Tbk (MIRA) masih melakukan negosiasi penyelesaian utang perseroan, senilai USD 1,45 juta kepada Heronswood Assets Management Ltd. Belum tuntasnya penyelesaian utang itu, membuat laporan keuangan tahun buku perseroan mengalami disclaimer (tidak memberikan pendapat) dari akuntan publik Johan Manola Astika & Rekan, yang ditunjuk untuk mengaudit laporan keuangan tersebut. “Ini dipandang auditor sebagai ketidakpastian mengenai kemampuan perseroan mempertahankan kelangsungan hidup,” ujar Wirawan Halim, Direktur Utama MIRA. Namun, pada 9 Desember 2008, MIRA dan Heronswood sepakat merestrukturisasi utang jangka pendek itu menjadi pinjaman tanpa bunga berjangka 17 bulan sejak 9 Desember. Akibatnya, MIRA harus membayar setiap bulan USD 1 juta dari bulan pertama hingga ke -16 dan USD 1,45 juta pada bulan ke-17.
Sabre System International Pte Ltd memiliki utang USD 1,45 kepada Heronswood untuk mengakuisisi PT Apexindo Pratama pada 2008. Namun, hingga masa jatuh tempo Mei 2010 lalu, MIRA belum bisa melunasi. Selain masalah utang, alasan lain adalah manajemen MIRA tidak menyerahkan laporan keuangan anak usaha perseroan yaitu, Sabre System dan Sabre Offshore Marine Pte Ltd. Padahal kedua anak usaha itu mencerminkan 93,16 persen dari total aktiva MIRA yang terkonsolidasi. Efeknya, auditor memutuskan untuk tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan konsolidasi yang berakhir pada Desember 31 Desember 2009. “Ya, kami perkirakan negosiasi (utang) dapat difinalisasi kuartal ketiga 2010,” tegasnya.
Baca Juga:
MIRA memiliki 93,35 persen saham di Sabre System. Emiten yang sebelumnya bergerak pada jasa angkutan itu menandatangani perjanjian pinjaman sebesar USD 38,54 juta dengan Heronswood pada September 2008. MIRA menggunakan pinjaman yang memiliki bunga 2,5 persen di atas LIBOR itu, untuk membiayai akuisisi saham APEX.
Baca Juga:
Persoalan utang ini memang mengancam masa depan MIRA. Sebelumnya, perseroan juga sempat menyatakan rencana melepas sebagian kepemilikan APEX, untuk melunasi utang tersebut. Krisis likuiditas yang dimiliki juga membuat batalnya rencana perseroan mengakuisisi dua tambang baru bara, yaitu PT Realita Jaya Mandiri dan PT Masindo Artha Resources.