Miskin Bermartabat
Oleh: Dahlan Iskan
.jpeg)
Kalau Anda naik kereta termodern Whoosh ke Bandung, lalu pindah ke kereta supporting-nya, Anda saksikan saja rumah-rumah di sepanjang rel itu: seperti apa. Atau rumah-rumah di sepanjang sungai di Kaltim dan Kalsel. Seperti apa.
Di Negash tidak ada paradoks. Miskin semua.
Paradoksnya hanya satu: dengan komplek makam sahabat Nabi yang ada di desa itu. Sahabat dan keturunannya.
Mereka yang sudah lama meninggal itu punya rumah sangat bagus. Rupanya ada orang kaya Ethiopia yang membangunnya. Sekaligus membangun kembali masjid di depannya.
Mobil kami pun keluar dari jalan beraspal. Masuk ke kompleks ini. Menikung naik ke kiri. Menanjak sedikit. Belum beraspal. Jalan tanah. Kanan kirinya rumah penduduk miskin.
Sekitar 150 meter dari belokan itulah terlihat sebuah masjid. Satu lantai. Pakai kubah berbentuk bawang. Bangunannya baik, tetapi sederhana. Ukurannya sekitar 16 x 16 meter.
Terkunci. Belum saatnya waktu salat. Juga masih tiga jam lagi salat Jumat.