Miskin Bermartabat

Oleh: Dahlan Iskan

Miskin Bermartabat
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Saya pun masuk ke bangunan berkubah. Lima orang beserban mengiringi saya. Salah satunya adalah kiai di masjid Negash, sekaligus penanggung jawab makam.

Umurnya sudah 82 tahun. Salah satu putranya menjadi pemandu wisata lokal di situ.

Gus pemandu ini memberi banyak penjelasan. Sama persis dengan yang ada di internet.

Perusuh seperti Agus Suryo pasti sudah menyiapkan komentar siapa yang dimakamkan di gedung berkubah itu. Juga siapa saja yang namanya ditulis di semua prasasti itu. Saya tidak perlu mendahuluinya.

Yang Suryo pasti tidak bisa menulis ialah: bagaimana bentuk dan keadaan nisan di makam utama itu.

Saya juga tidak bisa menuliskannya.

Nisan itu sedang ditutup terpal. Di sekujur nisannya yang panjaaaaang sekali. Sekitar tiga kali lipat lebih panjang dari nisan Sultan Raden Patah di samping Masjid Agung Demak.

Di dalam bangunan itu juga penuh dengan andang -scaffolding. Beberapa orang bekerja di atas andang itu. Bersih-bersih. Mengecat.

Miskin tetapi bermartabat. Cocok dengan motto saya dulu. Anda tentu masih ingat apa lanjutan motto itu yang pernah saya kampanyekan dulu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News