Mission Impossible...Mana Pelaut Indonesia?

Mission Impossible...Mana Pelaut Indonesia?
Kapten Gita Ardjakusuma, nakhoda legendaris Indonesia. Foto: Wenri Wanhar/JPNN.com.

Inilah yang akan diarungi Phinisi Nusantara.

Karena hanya berbobot 120 ton, dan panjangnya 37 meter, maka, phinisi yang lazimnya hanya mengandalkan layar, dilengkapi dengan teknologi modern.

Antara lain, pemantau cuaca radio weather facsimile, radar JRC/JMA 300 radius 24 NM, gyro compass/Tokyo keiki, satellite navigator JRC, peralatan komunikasi inmarsat (international maritime satelite) JRC JUW, radio SSB (side single band) into, radio VHF (very high frequency) dan radio FM transceiver JHV 212. 

Tak ayal jika anggarannya lebih kurang menelan biaya Rp 505 juta, tulis Nina Pane, anak bungsu Sanoesi Pane.

Pun demikian, tetap saja ekspedisi itu dianggap mission impossible. Alias proyek mengantar mayat ke laut.

Berebut Nakhoda

Pelayaran mengarungi samudera Pasifik dengan perahu tradisional ini, memang lebih bersifat demonstratif, unjuk kebolehan bahwa Indonesia bangsa maritim.   

Rencana itu menjadi isu nasional. Surat kabar ramai memberitakan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News