Mission Possible
jpnn.com - JAKARTA - Korea Selatan (Korsel) memang superpower sepak bola Asia. Sejak 1986, Negeri Ginseng itu tidak pernah absen dari putaran final Piala Dunia. Banyak bintang mereka yang kini juga bertebaran di klub-klub Eropa.
Itu di level senior. Bagaimana kelompok umur? Sama saja. Timnas U-23 mereka sukses merebut perunggu di Olimpiade 2012. Lebih junior lagi, Taeguk Warrios "julukan Korsel" U-19 adalah juara bertahan di gelaran Piala AFC U-19.
Jadi, memang sudah terbayang betapa beratnya perjuangan yang harus dihadapi Garuda Jaya -julukan timnas U-19 Indonesia. Malam ini di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Garuda Jaya harus bisa mengalahkan Taeguk Warriors. Dengan begitu, Garuda Jaya menjadi juara grup G dan lolos otomatis ke putaran final Piala AFC U-19 di Myanmar tahun depan (siaran langsung RCTI kickoff pukul 19.30 WIB).
Kalau hanya seri atau kalah yang berarti menjadi runner-up, Garuda Jaya masih harus bergantung kepada hasil akhir di grup-grup lain. Di antara sembilan grup, hanya enam runner-up terbaik yang berhak ke Myanmar.
Tapi, tidak ada yang tidak mungkin. "Berat" tidak berbanding lurus dengan "tidak mungkin". Dengan kata lain, seberat apa pun laga malam ini tetaplah mission possible bagi Garuda Jaya. Misi yang mungkin untuk dimenangi.
Apalagi, pelatih Garuda Jaya Indra Sjafri yakin penampilan pasukannya bakal mencapai puncak malam ini. "Kami akan tetap ofensif. Bermain normal, tidak bertahan, dan mengandalkan serangan balik karena kami yakin memiliki keunggulan di sektor gelandang," tegasnya.
Berdasar analisis dari dua pertandingan yang sama-sama telah dilalui dua tim, kecepatan dan mobilitas para gelandang serta winger akan menjadi senjata utama Garuda Jaya. Tapi, tentu, lanjut Indra, keseimbangan permainan harus sangat diperhatikan.
Untuk itu, dua winger Maldini Pali di kanan dan Ilham Udin Armaiyn di kiri diinstruksikan lebih rajin membantu dua full back Putu Gede Juniantara serta M. Fatchu Rochman. Sebab, serangan Korsel lebih banyak bertumpu kepada pergerakan dan crossing dua pemain sayap Kim Shin dan Sim Jehyeok.
Selain itu, gelandang bertahan Zulfiandi yang tergolong jangkung harus lebih kerap turun ke kotak penalti untuk membantu duel udara. Terutama saat Korsel mendapat bola-bola mati.
Secara umum, Indra melihat gaya main Korsel tidak jauh berbeda dengan Vietnam yang ditundukkan tim asuhannya via adu penalti di final Piala AFF U-19 lalu. Tapi, secara tim, Vietnam dianggap lebih baik ketimbang Korsel.
"Korsel tidak sekompak Vietnam. Namun, para pemain mereka lebih tenang. Karena itu, anak-anak harus lebih sabar dalam membangun serangan," ucap pelatih asal Padang itu.
Indra juga meminta anak buahnya mewaspadai tiga pemain Korsel yang dianggap paling menonjol; Lee Jeong Bin, Sim Jehyeok, dan Hwang Hee Chan. Selain memiliki kelincahan dan visi permainan yang bagus, pergerakan tanpa bola mereka membahayakan.
Pelatih Korsel Kim Sang Ho menganggap Indonesia lawan yang tangguh dan layak menjadi juara grup. Tapi, dia confident tim asuhannya bisa mengatasi perlawanan Evan Dimas Darmono dkk.
"Konsentrasi dan determinasi tinggi yang akan menentukan hasil di pertandingan nanti," tuturnya. (aam/c4/ttg)
JAKARTA - Korea Selatan (Korsel) memang superpower sepak bola Asia. Sejak 1986, Negeri Ginseng itu tidak pernah absen dari putaran final Piala Dunia.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Pesan Menpora Dito kepada PBSI di Bawah Kepemimpinan Fadil Imran
- PBSI Beberkan Target di Indonesia Masters 2025, Sektor Mana Jadi Andalan?
- Kualifikasi FIBA Asia Cup 2025: Mengintip Preran Vital Tenaga Medis
- Dukung Pertamina Eco Run Fest 2024, PertaLife Insurance Berikan Proteksi untuk Pelari
- Skuad Thailand di Piala AFF 2024, 4 Nama Kondang Absen
- Daftar Harga Tiket Indonesia Masters 2025, Mulai Rp 90 Ribu