Misteri Reruntuhan Ambacang
Senin, 05 Oktober 2009 – 09:34 WIB
Saking sulitnya medan, untuk mengeluarkan seorang mayat dibutuhkan waktu antara dua hingga tiga jam lamanya.Enam tim evakuasi tampak berdiskusi untuk mengupayakan bagaimana agar mayat dikeluarkan dengan kondisi utuh. Proses evakuasipun akhirnya berhasil, setelah sekitar dua jam tim evakuasi berupaya mengeluarkan mayat korban berjenis kelamin laki-laki itu. Pria yang mengaku hanya ganti baju dua hari sekali ini tak mampu menyimpan kekhawatirannya akan kesuksesan mengeluarkan semua korban. "Tapi tetap harus optimis dan bekerja semampu kami, karena yang terpenting upayakan yang terbaik," ujarnya.
Dia bercerita, saat tiba di Kota Padang, Kamis (1/10) dini hari, dirinya dan sekitar 107 lainnya dibagi dalam beberapa tim, Ichwan kebagian tim evakuasi hotel Ambacang. “Pukul 07.00 WIB kami langsung ke lokasi untuk proses evakuasi,â€Â kenangnya. Menurutnya, sudah empat mayat yang berhasil dievakuasinya, bau mayat sudah sangat menyengat, karena baru bisa dikeluarkan pada hari ketiga dan keempat. "Apalagi saat mengeluarkan mayat laki-laki berjas, dengan posisi membungkuk, yang kelihatan dulu adalah punggungnya," kata Ichwan.
Saat evakuasi jenazah pria berjas itu, tangan dan baju Ichwan berlumuran darah korban, karena kondisi badan korban itu sudah sangat rapuh akibat terhimpit bangunan dengan berat belasan ton. "Tapi untung bisa utuh dievakuasinya," tutur pria asal Medan ini.Hal senada diungkapkan Ismet, tim evakuasi dari PT Semen Padang ini mengaku sempat berada dalam ruang pengap tanpa oksigen, sehingga harus mendapatkan bantuan oksigen. Di benaknya terfikir, bagaimana nasib korban yang sudah puluhan jam terperangkap. "Saya saja sebentar di dalam reruntuhan sudah pengap, apalagi mereka," kata Ismet.
Lain lagi Asyraf Aziz yang ikut mengevakuasi korban gempa di reruntuhan bangunan LBA-LIA Padang. dia mengaku sempat tak bisa melakukan proses evakuasi karena cuaca tak mendukung. Bahkan pada detik-detik pertama evakuasi, dirinya dan beberapa personil TNI lainnya hanya menggunakan alat manual berupa linggis."Karena kami tak mau mengambil resiko korban terjebak dan meninggal, jika memakai alat berat," jelasnya. Dia juga mengaku sempat terpana saat berada di dalam reruntuhan bangunan tanpa sedikitpun cahaya. Yang dihirup hanya debu beton sehingga dia harus keluar masuk bangunan untuk mencari hawa segar.
Besarnya jumlah korban yang tertimbun reruntuhan hotel Ambacang masih menjadi misteri. Evakuasi masih terus dilakukan. Memasuki hari ke empat kemarin,
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408