Misteri Vaksinasi Gotong Royong

Oleh Tjipta Lesmana*

Misteri Vaksinasi Gotong Royong
Presiden Joko Widodo bersama Ketua Umum KADIN 2015-2021 Rosan P Roeslani meninjau pelaksanaan Vaksinasi Gotong di PT Unilever Indonesia, Kawasan Industri Jababeka, Kabupaten Bekasi, pada 18 Mei 2021. Foto: BPMI

jpnn.com - Pada 28 Mei lalu Presiden Joko Widodo didampingi pengusaha kondang Rosan P Roeslani selaku ketua umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) meninjau pelaksanaan perdana program Vaksinasi Gotong Royong di PT Unilever Indonesia, Cikarang, Bekasi.

Dalam kesempatan itu, Presiden Jokowi mengharapkan pelaku industri dan bisnis lebih produktif mendongkrak perekonomian nasional setelah pemerintah dan dunia usaha bekerja sama melaksanakan program Vaksinasi Gotong Royong.

Rosan pun saat itu menyatakan para pengusaha sangat antusias memberikan vaksin kepada para karyawan mereka. Menurutnya, sudah lebih dari 28.000 perusahaan mendaftarkan program vaksinasi ke KADIN.

Namun, kemunculan Vaksinasi Gotong Royong kala itu menimbulkan pro dan kontra yang panas. Kontroversi itu dipertontonkan di media.

Yang dipertanyakan: apa benar pengusaha -apalagi pelaku usaha mikro- mau membiayai sendiri vaksinasi bagi seluruh karyawannya?

Dalam situasi bisnis yang begini lesu, apakah para bos siap mengeluarkan puluhan miliar rupiah dari kocek perusahaan mereka untuk membayar Vaksinasi Gotong Royong?

Tiga kawan saya, semua pengusaha, menyebut vaksinasi itu untuk perusahaan, bukan individu. Biaya yang harus ditanggung perusahaan untuk vaksinasi satu karyawan saja mencapai Rp 1 juta.

Akhir Mei lalu ada 4 juta dosis vaksin Sinopharm dari Tiongkok tiba di Jakarta. Total vaksin Sinopharm yang sudah disepakati Kimia Farma dengan Pemerintah Tiongkok ialah 15 juta dosis.

Presiden Jokowi 'telanjur' mengatakan vaksinasi Covid-19 diberikan gratis kepada rakyat Indonesia. Lantas, apakah pernyataan seorang Kepala Negara RI mau diralat lagi?

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News