Mobil Dinas

Oleh: Dahlan Iskan

Mobil Dinas
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

"Kami sudah mendapat persetujuan anggaran dari DPRD. Kampung ini akan direvitalisasi secara tuntas. Akan berubah total. Tidak ada yang digusur," katanya.

Jumlah rumahnya sekitar 200 buah. Bentuk kampung yang baru nanti dibuat serasi dengan Monumen Reog.

Kami pun diskusi untuk langkah-langkah berikutnya. Lalu makan siang di desa itu. Di warung pinggir jalan. Menunya: mentok dibuat rica-rica. "Bisa makan mentok?" tanya bupati.

"Mau minta sashimi pun kan tidak ada gunanya," jawab saya. Kami tertawa. Kami berpisah di warung mentok itu. Saya terus ke selatan. Ke pondok Tremas.

Pak Iskan pernah mondok di situ. Di sekitar masa perang dunia pertama. Zaman setelah itu ada istilah Pondok 3 T: Tremas, Takeran, Tebuireng. Tremas di Pacitan, Takeran di Magetan, dan Tebuireng di Jombang.

Sampai di Tremas sudah pukul 17.00. Pondok ini maju sekali. Santrinya lebih dari 6.000 orang. Saat saya tiba, upacara penurunan bendera Merah Putih dimulai.

Peserta upacaranya santri wanita semua. Hanya pembina upacara yang laki-laki: Kiai Abdillah Nawawi. Pakai jas, sarung, dan kopiah. Suara komandan upacaranya, santri wanita, tidak kalah lantang dengan kolonel yang di Istana Merdeka.

"Untuk upacara pagi tadi diikuti semua santri laki-laki. Sore ini semua wanita. Halaman ini kurang besar," ujar Kiai Luqman Haris Dimyathi, pengasuh Pondok Tremas.

Dengan menghapus mobil dinas, Bupati Ponorogo sudah berhasil menghapus korupsi secara tuntas, di sektor kendaraan. Sumbernya yang dihapus.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News