Mobil Handphone
Oleh: Dahlan Iskan
.jpeg)
Kunci penghematan terbesar adalah: cara kaki menginjak pedal "gas". Semakin sedikit menekan pedal gas itu semakin hemat. Semakin halus dalam menambah kecepatan juga semakin hemat.
Saya semakin tahu diri: gaya menyetir saya harus berubah. Tidak boleh "kasar". Tidak boleh lakukan kejut-kejut dalam menambah kecepatan. Tidak boleh melakukan gerakan menyalip secara spontan.
Kian saya memperhatikan itu kian hemat pemakaian listriknya.
Sebenarnya saya tidak perlu memikirkan itu. Waini tidak perlu ada kekhawatiran kehabisan listrik. Di rumah saya ada instalasi charging. Di gubuk dekat Pacet itu juga ada. Bahkan waini di setiap rest area sudah ada colokan mobil listrik. Dari PLN. Atau dari Astra. Kadang ada dua-duanya. Beda dengan dulu.
Namun tetap menarik untuk terus mendalami cara hidup baru dengan mobil listrik. Saya bertekad tiap hari harus lebih hemat. Dan ternyata bisa.
Mungkin lomba dengan diri sendiri itu sudah menjadi bagian dari jiwa saya: suka bersaing. Termasuk dengan diri sendiri.
Dulu, sewaktu Pak Iskan sakit keras, saya juga bersaing dengan diri sendiri. Pak Iskan sakit di rumah adik saya di kompleks Perumnas Madiun. Tiap hari saya harus setir mobil sendirian dari Surabaya ke Madiun. Masih pakai Jaguar bensin.
Tiap hari saya baru bisa berangkat pukul 12.00 malam. Yakni setelah Jawa Pos siap masuk ke percetakan. Di hari pertama saya catat: jarak itu perlu saya tempuh berapa lama. Tiga jam. Belum ada jalan tol.