Modal Habis Rp 30 Juta, Karya Tak Laku-Laku

Pria yang juga aktif mengelola masjid ini menjelaskan, proses membatik itu cukup mudah. Yang sulit, saat design dan mencanting.
”Awalnya di-design dulu. Di buat mal, baru di gambar ke kain. Kemudian di canting, dilowongi, diisi barulah diwarna. Terus ditutup lagi, kemudian diwarna lagi, lalu dilorot atau penghilangan malam. Terakhir dijemur,” paparnya.
Agus mengaku dalam sehari mampu memproduksi batik cap 30 kain. Sedangkan batik tulis mampu memproduksi 30 kain per bulan.
”Tulis dan warna alam memang lebih rumit dan pro-sesnya lebih lama,” ucapnya.
Bicara soal omzet, pada 2010 ia memperoleh Rp 25 juta per tahun. Tahun 2011, mulai menyentuh angka ratusan. Antara 2012-2013, ia mendapatkan omzet Rp 300 juta per tahun dan tahun ini sekitar Rp 360 juta per tahun atau Rp 30 juta per bulan.
”Saya bisa membuka lapangan usaha untuk tetangga-tetangga saya,” imbuhnya.
Sedangkan istri Agus, Kukuh Sari Pamungkas atau yang lebih dikenal dengan sapaan Imung mengakui awalnya tak setuju suaminya berbisnis batik. Sebab, terasa sulit untuk berkembang.
”Sekarang saya tahu ini menghasilkan, ya saya mendukung apa yang suami saya kerjakan,” jelasnya.
Menekuni dunia batik bisa dibilang cukup lama. Bahkan pahit getir pun pernah dirasakan. Itulah Agus Nur Asikin, pemilik Batik nAnom Magelang. FRIETQI
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu