Modal SBY: Yang Tertunda & Yang Terwujud
Jumat, 16 Januari 2009 – 18:10 WIB
Sebetulnya, SBY tidak happy jika harga BBM dinaikkan. Tatkala berpidato di televisi 30 April 2008, Presiden menegaskan tidak akan menaikkan harga BBM, walaupun harga minyak pernah di pasaran dunia menyentuh USD 120 perbarel. Sikap itu kukuh dipegang SBY di depan HUT ke 10 Partai Keadilan Sejahtera di Gelora Bung Karno, 4 Mei lalu
Barulah pada 5 Mei 2008, SBY memutuskan kenaikan harga BBM. SBY ingkar janji? Tidak juga. Karena sejak dini, ketika harga minyak dunia menyentuh USD 105, SBY berkata bahwa kenaikan harga BBM adalah alternatif terakhir. Tidak tabu jika dinaikkan, seperti tidak pantang pula jika harga BBM diturunkan.
Jika kenaikan harga BBM tidak ditempuh, maka beban subsidi membengkak Rp 250 triliun. APBN bisa kolaps? Jika dalam APBN Perubahan 2009, subsidi BBM tadinya sebesar Rp 33 triliun, kini merosot menjadi Rp 24 triliun.
Benarlah, filsafat panta rei dari Yunani kuno yang termashur itu. Everything flows, everything is constantly changing, kata Heraclitus. Segala sesuatu mengalir mengikuti arus perubahan. Tak perlu ada yang menepuk dada, atau sebaliknya kebakaran jenggot!