Mogok di Hari Pertama, 100 Km/Jam Hari-Hari Berikutnya

Mogok di Hari Pertama, 100 Km/Jam Hari-Hari Berikutnya
Mogok di Hari Pertama, 100 Km/Jam Hari-Hari Berikutnya
Tentu saya masih penasaran pada kegagalan melewati tanjakan malam itu. Di hari ketiga ini saya coba menaiki tanjakan di halaman gedung Kementerian BUMN yang juga terjal. Ternyata, sama sekali tidak masalah. Saya muter sekali lagi untuk mengulanginya. Juga tidak masalah. Saya ulangi untuk kali ketiga: juga laa musykilah! Kabar baik itu segera saya sampaikan ke Dasep Ahmadi. Untuk tambahan bahan analisis.

Siangnya, uji coba dilanjutkan menuju Bandara Soekarno-Hatta. Saya memang harus ke Solo-Magetan-Jogja. Menjelang Semanggi, timbullah waswas: Bagaimana kalau tidak kuat menanjaki jembatan Semanggi yang selalu macet itu? Kalau sampai mogok, alangkah macetnya!

Tapi, tidak boleh mundur. Tidak boleh ragu-ragu. La tahzan! Hanya, saya siapkan juga langkah darurat: Mobil khusus mengikutinya di belakang. Kalau tidak kuat menanjak, dorong saja dengan mobil itu. Paling rusak sedikit. Ternyata, mobnas listrik tersebut bisa merambati tanjakan itu dengan mulus. Segera pula kami kabarkan ke Dasep Ahmadi.

Lolos tanjakan Semanggi, tentu tidak ada lagi tantangan berikutnya. Rasanya, tidak akan ada faktor yang menyebabkan saya ketinggalan pesawat. Bahkan, di tol menuju bandara itu saya sempat memacu 70, 80, 90, dan akhirnya 100 km/jam. Terlihat beberapa mobil mengejar kami, membuka kaca dan melambaikan tangan mereka.

"Mogok lagi ya, Pak?" tanya seorang wartawan melalui SMS. Rupanya, sekitar pukul 17.00 itu Twitter sudah ramai berkicau bahwa uji coba

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News