Mohamad BBC

Oleh: Dahlan Iskan

Mohamad BBC
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Kita tak bisa lagi "memaksa" orang untuk duduk manis mendengarkan siaran radio pada pukul 20.00 malam. Atau bangun menjelang pukul 04.00 untuk mendengarkan acara "Pagi Gembira" dari Radio Australia.

Ketidakberdayaan memaksa orang untuk mendengarkan radio seperti pada 1980-an, 1990-an, dan awal 2000-an membuat angka pendengar cenderung turun dari tahun ke tahun.

Kajian yang dilakukan Strategy Analytics memperlihatkan jumlah pendengar radio terestrial, layanan radio yang disiarkan melalui gelombang udara, turun di Amerika, Eropa, dan China.

Kajian lain oleh New York University, Amerika Serikat, menunjukkan perusahaan radio tradisional telah gagal berinteraksi secara aktif dengan Generasi Z, generasi yang lahir setelah tahun 1995.

Sekarang era streaming dan on demand. Informasi tersedia 24 jam, tujuh hari sepekan, diakses kapan saja dan di mana saja.

Netflix dan Pandora booming, demikian juga dengan podcast atau siniar. Meledaknya streaming tak lepas dari layanan data yang makin terjangkau dan perangkat keras/lunak yang makin canggih.

Di luar perubahan lanskap konsumen informasi, secara internal juga ada tantangan untuk melakukan efisiensi finansial.

BBC World Service — BBC News Indonesia adalah salah satu bagiannya — diminta untuk melakukan penghematan ratusan miliar rupiah, yang membuat BBC harus menutup siaran radio dalam beberapa bahasa, di antaranya siaran bahasa Arab.

BBC secara dekat mengikuti pertemuan-pertemuan rahasia antara pemerintah RI dan delegasi GAM di Finlandia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News