Mohamad BBC
Oleh: Dahlan Iskan
Adaptasi sudah dimulai BBC sejak beberapa tahun lalu. Konten radio diperpendek sementara liputan-liputan khusus dalam format video diperbanyak porsinya.
Suara tidak lagi menjadi andalan. BBC News Indonesia hadir di layanan podcast (Spotify, Apple, Google), YouTube, Facebook, Twitter, dan Facebook. Platform ini digenjot potensinya dan dimaksimalkan untuk menjangkau audiens. TikTok? Tinggal menunggu waktu.
Di situlah audiens berada. Mereka tidak lagi duduk manis di teras depan mendengarkan radio sambil menikmati kudapan selepas Isya.
Mereka ada di mana-mana. Di kampus, di kafe, di dalam taksi, di stasiun, di gerbong KRL, bahkan ketika jam istirahat sekolah… Perangkat utamanya bukan lagi radio transistor tiga gelombang, tetapi gawai bernama telepon genggam pintar yang ada di kantung jutaan atau miliaran orang.
Sebagai wartawan BBC News Indonesia, tentu ada perasaan sedih. Saya seperti melepas sahabat yang pergi selamanya. Saya akan merindukan aktivitas sebagai penyiar di studio, merindukan dikejar-kejar tenggat karena harus siaran pukul 18.00, 20.00 atau 05.00 WIB.
Namun, saya juga sadar bahwa yang berubah hanyalah medium untuk menjangkau audiens.
Kami akan tetap membuat produk informasi dengan proses dan verifikasi yang seperti dulu. Kami tidak ada lagi di gelombang udara. Kami ada di gawai di kantung saku Anda. (*)
BBC secara dekat mengikuti pertemuan-pertemuan rahasia antara pemerintah RI dan delegasi GAM di Finlandia.
Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Tim Redaksi