Mohammad Baedowy, dari Auditor Bank menjadi Pengusaha Sampah yang Sukses
Sempat Bangkrut, Bangkit karena Filosofi Kaca Spion
Selasa, 01 November 2011 – 08:08 WIB
Dia akhirnya bekerja dengan pengusaha sampah itu, sekaligus menggali ilmu dari lulusan SD tersebut. Dalam beberapa bulan, Baedowy merasa bisa membuka usaha sendiri. Untuk itu, dia memutuskan menyewa lahan. Kantornya saat itu hanya berdinding gedek. Dia pun memberanikan diri membeli mesin penggiling sampah.
Problem pertama, mesin bekas yang dia beli itu rusak. Pihak penjual tidak bisa membetulkannya. Ketika pengepul lain diminta tolong, mereka tidak mau mengajarkan bagaimana cara memperbaiki mesin penggiling sampah. "Akhirnya saya mencoba membetulkan mesin ini sendiri selama setahun. Saya bawa ke tukang besi dan las bubut," kenangnya.
Gara-gara mengerjakan sendiri perbaikan mesin penggiling sampah itu, Baedowy jadi tahu seluk-beluk mesin. Dia bahkan sanggup mendesain mesin sendiri dengan mempelajari kesalahan dari mesin yang ada. Namun, saat itu modalnya semakin tipis.
Tepat setahun sejak membuka usaha sendiri, dia bangkrut total. Harta tinggal kontrakan rumah, sebuah kipas angin, dan TV. "Kipas angin itu satu buah, kalau saya terima tamu di pabrik, saya bawa kipas itu ke pabrik. Kalau pulang, ya bawa pulang lagi karena ditagih anak. Sebab, waktu itu anak saya sudah dua," kata ayahanda Muhammad Fahrezi Fatahillah, 14; M. Fahrehan Fatahillah, 12, dan M. Fahrezi Husaini, 9, itu.
Awalnya, pekerjaan Mohammad Baedowy cukup mentereng: auditor sebuah bank yang sangat mapan. Ketika karirnya menanjak, dia memutuskan untuk keluar.
BERITA TERKAIT
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara