Mohammad Baedowy, dari Auditor Bank menjadi Pengusaha Sampah yang Sukses
Sempat Bangkrut, Bangkit karena Filosofi Kaca Spion
Selasa, 01 November 2011 – 08:08 WIB
Dari hasil nongkrong itulah Baedowy mendapat banyak pelajaran. Dia akhirnya bisa mendapatkan ilmu baru, bagaimana cara menetapkan harga agar disenangi para pemulung. "Kalau pengepul lain menerima dengan harga Rp 1.500 per kilogram, saya berani menerima dengan harga Rp 1.700. Akhirnya, para pemulung lebih suka menjual kepada saya," ceritanya. Sejak saat itu usaha Baedowy mulai bangkit.
Kini Baedowy bukan sekadar menjadi penadah, tetapi juga pembuat mesin dan menjualnya kepada mitra. Mekanismenya mirip franchise. Sebab, selain diberi pelatihan setelah membeli mesin darinya, hasil penggilingan mitra bisnis juga ditampung.
Mitra Baedowy saat ini sudah lebih dari 100. Mereka tersebar di seluruh wilayah di Indonesia, sampai ke Aceh. Bijih plastik hasil olahannya diekspor, terutama ke Tiongkok. "Pasarnya sangat besar. Kita tidak akan bisa memenuhi permintaan pasar," akunya.
Dengan pencapaian sekarang, Baedowy jadi teringat sebuah tulisan yang dikutip dari kitab kuno tulisan Sasongko Jati. Tulisan itu dia pajang di halaman depan skripsinya. Menurut penerjemahannya, tulisan bahasa Jawa itu kira-kira berbunyi: "Bagaimana mungkin kamu bisa mengerjakan pekerjaan yang besar kalau yang kecil saja tidak terbiasa. Dan, pekerjaan itu walaupun remeh semua datangnya dari Tuhan. Maka lakukan dengan sungguh-sungguh dan hati yang suci?"
Awalnya, pekerjaan Mohammad Baedowy cukup mentereng: auditor sebuah bank yang sangat mapan. Ketika karirnya menanjak, dia memutuskan untuk keluar.
BERITA TERKAIT
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara