Momentum Tol

Oleh: Dahlan Iskan

Momentum Tol
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - BAGI Anda yang sudah berumur 50 tahun sempatkanlah membayangkan lewat jalan baru Tol Semarang-Sayung. Siapa tahu Anda tidak sempat lewat –tahun 2027 kelak.

Tentu Anda tidak akan merasakan beda dengan jalan tol lain. Tidak akan terasa bahwa di ruas 10 km itu fondasinya dari sembilan juta bambu.

Mungkin, bahkan Anda sudah melupakan informasi unik itu. Perhatian Anda barangkali sudah beralih ke yang serbabaru di jalur itu.

Baca Juga:

Anda tidak akan lagi melihat rumah yang tenggelam sampai atapnya. Tidak akan melihat lagi jalan penuh kubangan. Tidak akan merasakan sesaknya kemacetan di Jalan Kali Gawe. Debu di musim kemarau. Lumpur di musim hujan.

Pandangan Anda akan langsung ke bentangan laut Jawa di sisi utara. Tentu hanya ada air, air, dan air. Satu-satunya pandangan yang muncul dari permukaan laut hanyalah ini: makam.

"Itu makam Syekh Abdullah Mudzakir," ujar Ir Yayan Suryanto, manajer operasi di lokasi proyek.

Baca Juga:

Kang Yayanlah yang mendampingi saya ke lapangan. Dia orang Majalengka yang menjadi insinyur sipil saat menangani proyek pelabuhan Kali Baru Jakarta –yang juga berurusan dengan laut.

Kiai Mudzakir meninggal tahun 1950 ketika kawasan itu belum menjadi laut. Waktu itu makam tersebut berada di sebuah bukit kecil. Berarti penurunan tanah di sana sangat cepat.

BAGI Anda yang sudah berumur 50 tahun sempatkanlah membayangkan lewat jalan baru Tol Semarang-Sayung. Siapa tahu Anda tidak sempat lewat –tahun 2027 kelak.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News