Moncong Senjata Sudah Mengarah, Batal Ditembak karena Bisa Berbahasa Belanda

Moncong Senjata Sudah Mengarah, Batal Ditembak karena Bisa Berbahasa Belanda
Bernard Wilhem Lapian. Foto: ist/Natalia Laurens/JPNN

“Yang paling dikenang itu dia religius ya. Beliau katakan kalau Belanda masuk Indonesia melalui agama, kita akan usir penjajah melalui agama juga. Melalui firman. Itu yang terkenang dan sampai sekarang saya pegang,” tutur profesor hukum di Universitas Indonesia tersebut.

Berjuang dengan cara religius, kata Louisa, ayahnya kemudian belajar bahasa Belanda. Berkat bahasa itu, Bernard pun bebas dari tembakan penjajah yang sudah diarahkan padanya.

“Dia pakai Alkitab. Dia enggak mau tuh ada bunuh-bunuh. Dia pernah hampir ditembak tapi karena bisa bahasa Belanda, saat itu dia berdoa pakai bahasa itu. Orang Belanda yang mau tembak langsung berhenti, karena mengira dia dari Belanda juga. Jadi dia itu dekat dengan Tuhan dan Alkitab,” kata Louisa dengan mata berkaca-kaca.

Semasa pendudukan Jepang, Bernard pernah menjadi Gunco atau Kepala Distrik. Pada 145 silam, ia menjadi Wali Kota Manado dan 14 Februari 1946 mengibarkan bendera merah putih. Pengibaran itu tersiar melalui sejumlah radio asing yang kemudian diketahui seluruh dunia.

Bernard kemudian diangkat menjadi gubernur Sulawesi kedua. Ia juga mendeklarasikan bahwa Sulawesi Utara adalah bagian dari NKRI dan bukan provinsi ke 12 negeri Belanda. Karena menolak mengembalikan kekuasaan pada NICA, Bernard sempat dijebloskan ke Penjara Teling Manado, penjara Cipinang, Jakarta dan penjara Sukamiskin, Bandung.

Pada 20 Desember 1949, Bernard kembali menghirup udara segar setelah dibebaskan. Ia kembali beraktivitas di dunia politik untuk menyelesaikan sejumlah perlawanan di dalam negeri. Sampai akhir hayatnya, Bernard aktif dalam kegiatan gereja sebagai ketua pucuk pimpinan gereja KGPM. Ayahnya, kata Louisa, juga selalu bersenandung lagu gereja di sela-sela bekerja. Ia mengingatkan anak-anaknya untuk selalu rindu pada Tuhan.

“Dia katakan harus punya sifat Tuhan, yaitu mengasihi. Beliau juga berpesan kami harus mandiri dan memiliki pendirian dalam berjuang,” tandas Louisa. (flo/jpnn)

 

LOUISA Magdelana Gandhi Lapian tertawa saat ditanya gelar pahlawan ayahnya, sang pejuang Bernard Wilhem Lapian. Bernard baru saja mendapatkan gelar


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News