Mooryati Soedibyo; Umur 82 Tahun dan Obsesinya tentang Jamu yang Tak Pernah Berhenti
Jaga Ketat Berat Badan, Tak Boleh Lebih 48 Kilogram
Kamis, 07 Januari 2010 – 02:06 WIB

Mooryati Soedibyo berdansa pada perayaan ulang tahunnya ke-82. Foto : Fedrik Tarigan/INDOPOS/JPNN
Moor mengenang, jamu digunakan sejak zaman nenek moyang untuk tiga fungsi: pencegahan, pengobatan, dan daya tahan tubuh. Namun, seiring majunya industri farmasi dan Indonesia "diserang" berbagai produk obat-obatan modern, konsumsi jamu pun menurun.
Begitu pula para pengobat alternatif. Seiring mulai banyaknya sarjana di bidang kedokteran dengan berbagai fokus keahlian, peran pengobat alternatif mulai terkikis. Moor bersyukur bahwa masih banyak rakyat kecil yang mengonsumsi jamu.
Atas dasar itu, Moor menyadari bahwa jamu harus berinovasi untuk mengimbangi karya perusahaan farmasi. "Makanya, saya katakan jangan berhenti bermimpi. Mimpi adalah sesuatu yang diinginkan yang merupakan inovasi. Inovasi adalah kemajuan," ulas istri Ir Soedibyo Purbo Hadiningrat MSc (alm) itu.
Moor berpikir bahwa jamu masih bisa mengalami banyak perkembangan. Maka langkah awalnya, dia berusaha mengawetkan jamu tanpa mengurangi khasiatnya. Ukurannya juga disusutkan, tapi tidak mengurangi porsinya.
Tahun ini dia sudah berumur 82. Namun, melihat penampilannya, sama sekali tak tampak renta. Dialah Dr Hj BRA Mooryati Soedibyo yang Selasa malam
BERITA TERKAIT
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu
- Kontroversi Rencana Penamaan Jalan Pramoedya Ananta Toer, Apresiasi Terhalang Stigma Kiri
- Kisah Jenderal Gondrong ke Iran demi Berantas Narkoba, Dijaga Ketat di Depan Kamar Hotel
- Petani Muda Al Fansuri Menuangkan Keresahan Melalui Buku Berjudul Agrikultur Progresif