Motif Saracen Jadi Polemik, Ekonomi atau Politik?
jpnn.com, JAKARTA - Motif grup Saracen dalam membuat hoaks dan ujaran kebencian sekaligus menyebarkannya di medsos bergulir menjadi polemik. Apakah motifnya karena ekonomi, atau justru ada kepentingan politik di baliknya.
Analis Kebijakan Madya bidang Penerangan Masyarakat Divhumas Polri Kombespol Sulistyo Pudjo Hartono di forum itu mengatakan motif sementara dari hasil penyidikan Polri adalah ekonomi.
"Sementara dari fakta hukum, motif umumnya adalah ekonomi. Motif ekonomi inilah yang menjadi arah mereka membuat kelompok ini," kata Pudjo dalam diskusi bertajuk "Saracen dan Wajah Medsos Kita" di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (26/8).
Grup Saracen hidup sesuai prinsip pasar tentang supply and demand. Ideologi grup itu juga dikendalikan oleh permintaan pasar.
Namun, sindikat itu bisa bertahan karena didukung oleh tiga faktor. Yang pertama adalah perkembangan teknologi informatika.
Faktor selanjutnya adalah kemampuan admin atau pengelolanya membaca psikologi masyarakat di media sosial. Faktor terakhir adalah kemampuan manajemen pengelolaan followers sehingga Saracen punya pengikut yang terbilang militan.
"Ini pasti tidak bisa dilakukan orang yang kecerdasannya rata-rata," ulas Pudjo.
Mengenai siapa saja pemesan grup Saracen, Pudjo mengungkapkan bahwa penyidik sudah mengantongi jejak digital dari komputer para tersangka. Di antaranya terdapat banyak proposal yang diajukan ke berbagai pihak dengan konten dan harga yang beragam.
Motif grup Saracen dalam membuat hoaks dan ujaran kebencian sekaligus menyebarkannya di medsos bergulir menjadi polemik. Apakah motifnya karena ekonomi,
- Kemendes PDT Pastikan Info Rekrutmen Pendamping Lokal Desa 2024-2025 Hoaks
- Denny Sumargo Beberkan Alasan Satroni Rumah Farhat Abbas, Khawatir Keselamatan Istri
- Ini Alasan Denny Sumargo Nekat Datangi Rumah Farhat Abbas, Oh Ternyata
- Anggap Pernyataan Budi Arie Hoaks, Tim Pemenangan Pram-Doel Layangkan Somasi
- Jubir Pramono-Rano Pastikan Pernyataan Menkop Budi Arie Hoaks
- Budi Arie Dinilai jadi Korban Hoaks soal Judi Online