Mr Seven Eleven

Oleh Dahlan Iskan

Mr Seven Eleven
Dahlan Iskan. Ilustrasi: Jawa Pos

Konon di rapat itulah Ghosn mengeluarkan kata-kata: akan mengganti Saikawa.

Tidak sampai sebulan setelah rapat itu laporan masuk ke pihak berwajib: Carlos Ghosn melakukan tindak pidana. Melaporkan bonusnya lebih kecil dibanding yang diterima. Untuk mengurangi pajak.

Ghosn dipanggil pihak berwajib. Saat itu ia lagi berada di Lebanon. Ia merasa tidak bersalah. Ia berniat memenuhi panggilan itu. Akan menjelaskan duduk persoalan sebenarnya. Menurut versinya.

Hari itu tanggal 19 November 2018. Ghosn terbang dari Beirut. Ke Tokyo. Dengan private jet.

Setiba di Bandara Haneda ternyata ia langsung ditangkap. Dimasukkan tahanan.

Tidak ada perlakuan khusus. Juga tidak ada pembelaan dari perusahaannya. Bahkan beberapa hari kemudian Ghosn diberhentikan pula. Dari jabatannya yang tersisa: chairman.

Hanya Renault yang terus membelanya. Pun seandainya Ghosn bisa ditahan luar, semua jabatannya di Renault akan aman.

Tetapi Carlos Ghosn terus ditahan. Terpaksa Renault mencari penggantinya. Ghosn tidak bisa membuat putusan dari dalam tahanan.

From hero to apalah namanya. Reputasinya menembus langit. Tiga tahun lalu. Sekarang di dalam tahanan. Di Jepang.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News