Muara Yusuf

Oleh: Dahlan Iskan

Muara Yusuf
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Tentu saya harus percaya itu. Daripada harus ke Sri Lanka lagi untuk membuktikannya. Terbukti tiap bulan Yusuf bisa ekspor dua kontainer ikan asin ke Colombo. Rutin.

Baca Juga:

Itu bukan ikan asin biasa. Bukan sejenis ikan kembung atau peda –yang biasa kita makan di desa-desa di Jawa.

Ikan asin untuk ekspor ini ikan besar: ikan manyung. Yang satu ekor bisa 10 kg. Bagian badannya yang diasinkan. Sedang kepalanya, Anda sudah tahu. Terutama bagi Anda yang sering lewat pantura. Lebih utama lagi kalau lewat jalan antara Pati-Rembang. Banyak papan mencolok di pinggir jalan: menawarkan masakan kepala ikan manyung.

Yusuf dapat izin menangkap ikan di Laut Arafuru –di antara Banda Neira, Saumlaki, dan Dobo. Saya belum pernah ke Banda Neira, tapi pernah ke Dobo dan Saumlaki. Jauh sekali.

Empat kapalnya beroperasi di sana. Disediakan kapling khusus di laut di sana. Yang batasnya bisa dilihat di GPS. Kapal-kapalnya tidak boleh mencari ikan di luar titik-titik koordinat yang sudah ditentukan. Itu sudah kaplingnya perusahaan lain lagi.

Laut Arafuru, memang sudah dikapling-kapling –menjadi lebih 1.000 kapling. Silakan ambil salah satu kapling di situ. Dengan cara minta izin ke kementerian perikanan dan kelautan.

Setiap kapal penangkap milik Yusuf punya 40 orang awak kapal. Aat akan sangat cocok bekerja di kapal ini: tidak boleh pulang selama satu tahun. Mereka harus tetap di atas laut selama satu tahun itu.

Menjelang Lebaran mereka baru boleh pulang. Setelah itu mereka balik lagi ke Arafuru untuk setahun ke depan.

Yusuf sendiri memulai usaha dari bawah. Dua kali bangkrut. Habis. Sampai terlempar menjadi sopir truk –jurusan Jakarta-Cirebon.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News