Muchachos

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Muchachos
Kapten Argentina Lionel Messi saat memamerkan trofi Piala Dunia 2022. Foto: Twitter/FIFAWorldCup

Ketika gambar-gambar para pemain turun dari bus muncul di layar lebar, sorak-sorai yang memekakkan telinga bergema untuk Messi, dan sang pemain bintang mendapat tepuk tangan yang sama ketika nama-nama pemain dibacakan.

Messi adalah sang Mesias yang menjadi dewa penolong. Dia mencetak gol pembuka dari titik penalti, dengan kalem mengecoh kiper Hugo Lloris.

Selama Piala Dunia berlangsung, Messi menjadi algojo penalti yang tidak pernah gagal. Dia membunuh dengan tenang.

Kegembiraan Argentina bertambah ketika Angel di Maria mencetak gol kedua, menutup kerja sama tim yang menakjubkan. 

Muchachos bergema sekali lagi saat para penggemar melompat-lompat di tribun. Dengan keunggulan 2-0 seolah-olah kemenangan sudah tergenggam di tangan.

Akan tetapi Mbappe punya ide lain. Superstar Prancis Mbappe mencetak mencetak dua gol kilat – hanya berjarak 97 detik – untuk membawa pertandingan ke waktu tambahan, dan kemudian adu penalti. 

Emiliano Martinez menepis satu tendangan dan kemudian tendangan berikutnya melenceng. Inilah final Piala Dunia terbaik dan paling menegangkan dibanding fina-final lainnya.

Messi mengira dia sudah menang, menerkam dari jarak dekat, namun Mbappe menunjukkan kebolehannya untuk suatu hari nanti ikut serta dalam perdebatan tentang siapa pemain yang layak disebut The GOAT.

Final kali ini seperti final milik Messi. Ini adalah kesempatan terbesar dan, mungkin, terakhir bagi La Pulga, Si Kutu Messi untuk mengangkat tropi Piala Dunia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News