Mud Max Lapindo, Dokumenter atau Propaganda?

Mud Max Lapindo, Dokumenter atau Propaganda?
Mud Max Lapindo, Dokumenter atau Propaganda?

Film tersebut lantas mencoba untuk netral dengan menampilkan ahli-ahli lain yang menyatakan bahwa semburan liar itu berkaitan dengan pengeboran di Jatirejo. Meski porsinya tidak sebanyak mereka yang mendukung teori korelasi dengan gempa Jogja, bagi penonton kritis kemunculan pendapat itu cukup untuk memicu pemikiran terhadap kemungkinan teori man made disaster.Secara keseluruhan film tersebut sepertinya tidak ingin mengembangkan kontroversi terkait penyebab munculnya semburan liar di sumur Lapindo, yang sampai sekarang masih terus berlangsung. Film itu lebih memunculkan pada teori-teori geologis terjadinya mud volcano. Bahkan, di bagian akhir film, diungkapkan bahwa para ahli yang berbeda pendapat sepakat menjadikan Lusi sebagai natural laboratory (laboratorium alam) guna pengembangan ilmu geologi.

Itu juga terjadi pada sesi diskusi panel seusai pemutaran film. Hampir seluruh pertanyaan yang disampaikan berkaitan dengan teori-teori geologis. Yang patut disayangkan, panelis yang hadir dalam diskusi tersebut sebagian besar adalah ahli yang mendukung teori bahwa Lusi adalah natural disaster. "Kami sudah mengundang ahli yang berbeda pendapat, namun mereka tidak bisa hadir," dalih Avian Tumengkol, juru bicara Immodicus.

Di bagian akhir ditampilkan upaya-upaya yang telah dilakukan Lapindo terkait dampak sosial yang disebabkan semburan lumpur. Munculnya Andi Darussalam Tabusala, yang disebut sebagai wakil keluarga Bakrie, terkesan sebagai justifikasi bahwa Lapindo tidak terkait dengan semburan lumpur panas tersebut.Andi memang menyatakan bahwa Lapindo telah mengeluarkan banyak uang untuk membantu menyelesaikan masalah yang terkait Lapindo. Tapi, dia menegaskan bahwa bantuan tersebut tidak bisa diartikan bahwa Lapindo mengaku bersalah. "Sebagai bentuk tanggung jawab sosial. Seperti tetangga yang membantu tetangganya yang sedang dirundung masalah," katanya.

Kesan tersebut semakin kuat dengan ditampilkannya korban Lusi yang sudah direlokasi dan mendapatkan rumah di kompleks perumahan di Sidoarjo, yang dibangun Lapindo. Korban, yang tampaknya pasangan muda, mengaku sangat beruntung. "Tidak pernah terbayangkan sebelumnya kalau kami akan mendapatkan rumah yang sebagus ini," kata sang suami yang berjenggot tersebut.

School of Earth and Space Exploration (Jurusan Eksplorasi Bumi dan Antariksa) Arizona State University Amerika (ASU) membuat film dokumentasi terkait

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News