Mudik ke Kampung Rohani dalam Tradisi Islam

Oleh: Dr Biyanto*

Mudik ke Kampung Rohani dalam Tradisi Islam
Mudik ke Kampung Rohani dalam Tradisi Islam

Itu sebabnya rata-rata pemudik rela mengeluarkan banyak biaya, bersusah payah, berdesak-desakan, dan terkadang tidak memedulikan keselamatan diri.

Fenomena seperti itu bisa dilihat di terminal, stasiun, pelabuhan, dan bandara. Di sepanjang jalan seorang pemudik mengendarai sepeda motor berboncengan dengan membawa barang-barang yang sangat banyak. Itulah tradisi unik yang tidak pernah lepas dari Nusantara ini.

Bahkan, tradisi mudik tersebut juga berpengaruh pada pergerakan perekonomian di pedesaan. Mayoritas mereka pasti mudik ke desa. Keterkaitan mudik dengan pertumbuhan ekonomi di desa bisa diamati melalui kebiasaan pemudik yang pulang kampung dengan membawa hasil kerja di perantauan berupa uang dan barang dalam jumlah besar. Mereka yang datang dengan berbagai latar belakang sosial biasanya membagikan bingkisan Lebaran kepada keluarga dan tetangga terdekat.

Tradisi berbagi yang dilakukan pemudik itu merupakan implementasi ajaran agama yang menekankan pentingnya memberi (religious giving). Para pemudik juga mendapat spirit dari ajaran Nabi Muhammad SAW yang menyatakan bahwa tangan di atas (pemberi) lebih baik daripada tangan di bawah (peminta).

Tetapi, ada yang lebih penting dari mudik ke kampung halaman, yaitu mudik ke kampung rohani. Secara spiritual, mudik dalam Alquran berarti kembali kepada ampunan Allah. Dalam konteks itu, Allah berfirman: "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa (QS Ali 'Imran: 133)."

Firman Allah tersebut berbicara mengenai perintah agar kita segera "mudik" dengan cara kembali kepada ampunan Tuhan.

Jika dalam tradisi mudik Idul Fitri kita harus mempersiapkan bekal yang begitu banyak, untuk kembali kepada Allah jelas dibutuhkan bekal yang lebih banyak lagi. Derajat ketakwaan sebagai hasil ibadah puasa bisa dijadikan bekal yang sangat berharga untuk kembali kepada Allah.

Sayang, kita diingatkan Umar bin Khattab yang menyatakan bahwa tidak semua orang yang berpuasa mampu mencapai derajat ketakwaan karena gagal menangkap pesan puasa. Salah satu pesan ibadah puasa adalah kita menjadi hamba yang memiliki sifat kasih sayang. Aktualisasi sifat itu bisa diwujudkan melalui sikap senantiasa berempati kepada fakir miskin.

HAMPIR sebulan penuh Ramadan 1434 Hijriah terlewati. Seluruh umat Islam berlomba-lomba mencari pahala sebesar-besarnya dari Allah SWT selama bulan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News