Mudik ke Kampung Rohani dalam Tradisi Islam

Oleh: Dr Biyanto*

Mudik ke Kampung Rohani dalam Tradisi Islam
Mudik ke Kampung Rohani dalam Tradisi Islam

Selama berpuasa, kita juga telah berlatih untuk menahan lapar dan dahaga. Maka, di tengah situasi masyarakat miskin di pedesaan, pesan puasa tersebut rasanya bisa dijadikan spirit untuk membangun solidaritas sosial.

Melalui tradisi mudik, kita juga memperoleh pelajaran betapa pemudik telah mengamalkan pesan puasa dalam wujud yang sangat positif. Mereka datang dari tempat yang jauh karena didorong keinginan untuk bersilaturahmi dan bermaaf-maafan dengan keluarga dan tetangga. Mereka juga mengajarkan berbagi kebahagiaan dengan sesama melalui pemberian angpao, pakaian, dan bingkisan Lebaran lain.

Di antara pemudik, memang ada yang konsumtif dalam menyambut Idul Fitri. Tentu saja budaya konsumtif itu sangat bertentangan dengan pesan puasa yang mengajarkan kesederhanaan.

Menurut ajaran agama, Idul Fitri tidak harus diwujudkan dalam bentuk berpakaian baru dan kebiasaan komsumtif lain. Perayaan Idul Fitri harus ditandai dengan peningkatan ketaatan kepada Allah. Hal tersebut sejalan dengan ajaran yang menyatakan, laysal 'id liman labisal jadid wa lakinnal 'id liman taqwahu yazid, yaitu esensi Idul Fitri itu tidak terletak pada pakaian baru, melainkan ketakwaan yang terus bertambah.

Akhirnya, semoga Ramadan tahun ini menjadi bulan luar biasa sehingga mampu mengubah kultur hidup kita dari yang belum taat menjadi lebih taat kepada Allah. (ayu/c7/ib)

*Dosen Filsafat Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Ampel


HAMPIR sebulan penuh Ramadan 1434 Hijriah terlewati. Seluruh umat Islam berlomba-lomba mencari pahala sebesar-besarnya dari Allah SWT selama bulan


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News