Mufida: Angka Kematian Ibu dan Perceraian di Indonesia Memprihatinkan

Menurutnya, banyak perempuan Pekerja Migran Indonesia (PMI) terbebani masalah keluarga sebelum memutuskan menjadi PMI. Perempuan PMI banyak yang tidak siap secara skill yang menjadi tuntutan pekerjaan dan juga dari sisi bahasa.
“Sementara kepercayaan diri mereka juga rendah, sehingga cenderung tidak percaya diri jika ada yg mengintimidasi dan tidak mau repot memperpanjang dengan urusan hukum atau melapor ke kepolisian setempat, padahal pada posisi yang benar,” papar Mufida.
Masalah semakin berat karena banyak dari perempuan PMI hadir di negara penempatan dengan sejuta rindu kepada anak, orang tua, suami, teman-temannya.
Akibatnya, prestasi kerjanya cenderung kurang. Mufida menambahkan, sementara di tanah air perginya para ibu bekerja di luar negeri juga menjadi beban bagi anaknya.
"Karena peran pendidikan yang seharusnya dijalankan para ibu menjadi tidak dapat berjalan. Belum lagi dengan angka perceraian yang sangat tinggi, berakibat ketidakjelasan hak asuh dan anak lagi-lagi menjadi korban,” pungkas Mufida. (boy/jpnn)
Para ibu yang menjadi pekerja migran juga menghadapi ancaman meningkatnya angka perceraian setiap tahun.
Redaktur & Reporter : Boy
- Komisi Yudisial Bakal Proses Aduan Paula Verhoeven
- Pemerintah Siapkan Regulasi Baru Untuk Perkuat Perlindungan Pekerja Migran
- Pekerja Migran Asal Jateng Capai Ribuan Orang, Ahmad Luthfi Siapkan Role Model Pendampingan dan Pelatihan
- Resmi Bercerai, Armor Wajib Nafkahi Cut Intan Rp 15 Juta Setiap Bulan
- Lewati Ramadan Tanpa Istri, Baim Wong: Aman Aman Saja
- FKPMI Menilai Menteri Karding Lamban Mengurus Masalah PMI