Muhammad Ali, Petinju yang Belum Bisa Disamai
Oleh: Syamsul Anwar*
![Muhammad Ali, Petinju yang Belum Bisa Disamai](https://cloud.jpnn.com/photo/picture/normal/20160605_092357/092357_901543_Muhammad_Ali_AFP.jpg)
Contoh yang paling akurat adalah Mike Tyson. Tyson hanya pandai memukul, tapi tak pintar menghindar. Akibatnya, dia biasanya kehabisan tenaga menjelang paro kedua pertandingan.
Tapi, tidak demikian Ali. Sadar tenaganya berkurang, dia menari melayang dan membuat gangguan kecil terhadap lawan dengan perhitungan bahwa ronde tersebut berlangsung seimbang. Pandai memukul dan pandai menghindar dapat dilakukan Ali dengan amat baik dan itu adalah modal dalam bertarung di atas ring. Tapi, Ali juga masih punya teknik lain dalam bertanding tinju yang tak pernah dilakukan petinju mana pun selama ini.
Teknik tersebut diperagakannya dalam duel melawan George Foreman di Kinshasa, Zaire (sekarang Republik Demokratik Kongo), pada 1974. Ali yang kembali dalam posisi underdog bertahan di tali ring dalam posisi menunduk. Dia membangun pertahanan double cover yang ketat agar rusuknya aman dari serangan keras hook kiri dan kanan Foreman.
Posisi menunduk membuat otot-otot perut dapat lebih kuat terhadap pukulan. Sambil bertahan di tali ring, Ali masih dapat mengoceh dan membuat marah Foreman. Foreman marah sambil menghajar keras tembok pertahanan Ali yang terjal di duel bertajuk The Rumble in the Jungle tersebut.
Foreman pun kehabisan tenaga. Sebuah pukulan uppercut kanan Ali menjelang akhir ronde ke-8 menghajar dagunya dan membuatnya kalah KO. Hebatnya lagi, Ali telah membuat skenario posisi terduduknya Foreman ketika jatuh terduduk karena dia pukul.
Muhammad Ali membayar utang kekalahannya melawan Joe Frazier pada 1975, empat tahun setelah dikalahkan petinju yang sama. Bertarung ketat selama 14 ronde, Frazier akhirnya menyerah pada ronde ke-15 karena mengalami kelelahan luar biasa. Duel di Manila itu berlangsung ketat. Ali tak banyak menari, sedangkan Frazier terus menekan keras.
Dalam pertarungan itu Ali membuktikan diri dapat bertarung jarak dekat sesuai dengan kemauan lawan. Kepiawaian Ali dalam bertanding dengan segala dimensi melebihi semua petinju pada masa lalu hingga di era sekarang. Belum ada yang dapat mendekati apa yang dimiliki Ali.
Tapi, tak ada gading yang tak retak. Ali yang telah didiagnosis mendapat kelainan pada otaknya masih mau disuruh promotor kondang Don King bertanding dengan Larry Holmes 2 Oktober 1980 di Las Vegas. Usianya sudah 38 tahun ketika itu, telah pula pensiun. Sebaliknya, sang lawan yang tujuh tahun lebih muda tengah berada dalam puncak penampilan sebagai juara dunia.
MENYENGAT seperti lebah. Menari seperti kupu-kupu. Itulah perumpamaan buat Muhammad Ali, sang legenda ring tinju dunia yang kemarin (4/6) menutup
- Spanyol vs Prancis, Cucurella: Ini Pertandingan Berat, tetapi Kami Tim Kuat dan Solid
- Spanyol vs Prancis: Didier Deschamps Serba Rahasia
- Semifinal EURO 2024 Spanyol vs Prancis: Siasat De La Fuente Memulangkan Ayam Jantan
- Didukung Penuh ASICS Indonesia, Robi Syianturi Pecahkan Rekor Nasional Half Marathon Gold Coast Australia 2024
- Klasemen MotoGP 2024: Pecco Tenteram Menjelang ke Inggris
- Respons Manajemen PSIM Jogja terkait Tawaran Laga Uji Coba