MUI: Banyak Dai Terdampak Pandemi tetapi Luput dari Perhatian
“Saya menyaksikan betul seorang dai (selama) 25 tahun merawat masjid, menjadi muazin, menjadi imam rawatib. Sampai sekarang di usia 55 tahun belum punya rumah. Seperti kemarin, kami lihat di Banten, sebulan dibayar Rp 50 ribu. Kira-kira makan apa? Semua karena pertolongan Allah. Itulah yang mengetuk hati kita semua yang punya kemampuan,” tambahnya.
MUI telah berupaya untuk memberi solusi atas permasalahan kehidupan para dai dengan memuliakan mereka dengan memberikan dana kehormatan sebagai solusi operasional dakwah mereka.
Gerakan Nasional Sejahterakan Dai Indonesia merupakan langkah selanjutnya untuk menjadi solusi konkrit mengatasi permasalahan itu.
Cholil Nafis menegaskan MUI mendorong kebaikan ini agar diperluas. Bukan hanya di pusat, tetapi juga merata di berbagai daerah di Indonesia.
“Jangan sampai ada ustaz atau kiai yang minta-minta karena jebol iffah-nya. Karenanya, gerakan ini juga menjadi syiar dakwah," tuturnya.
Sementara itu, ACT memberikan dukungan kepada MUI dengan bantuan biaya hidup untuk 1.000 dai dan bantuan operasional untuk 1.000 pesantren di tahap awal.
"Ini adalah bantuan kehormatan. Karena para dai adalah orang-orang terhormat yang harus dimuliakan,” kata Ketua Dewan Pembina ACT, Ahyudin. (esy/jpnn)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
Ketua MUI mengungkapkan banyak dai di rumah tidak punya gas dan beras, tetapi saat berangkat dakwah selalu berpakaian rapi.
Redaktur : Elvi Robia
Reporter : Mesya Mohamad
- Sikap Tegas MUI terhadap Langkah-Langkah Presiden Prabowo
- Lemhannas & MUI Teken Nota Kesepahaman Pemantapan Nilai Kebangsaan
- Boikot Produk Pro-Israel Memanas, MUI: Jangan Terjebak Palestina Washing
- MUI Dukung Media Online yang Cerdas, Bijak dan Tangguh
- Boikot Produk Israel Dorong Ekonomi Lokal, Tidak Memicu PHK Massal
- MUI: Gus Miftah Sudah Minta Maaf, Mengundurkan Diri Pula, Jangan Digoreng Lagi